Pengalaman selama 25 tahun menjadi bankir papan atas merupakan modal berharga bagi Harisman saat dipercaya menjadi Ketua Pengawas Kopsyah BMI. Ia ingin operasional koperasi didukung dengan sistem teknologi informasi yang mumpuni, SDM kompeten, dan tata kelola terbaik.
“Dengan pengalaman di perbankan saya ingin berkontribusi sekaligus mengombinasikan praktik perbankan di koperasi,” ujar Harisman.
Pria kelahiran Payakumbuh, 27 Juli 1962 itu mengungkapkan ketertarikannya di salah satu koperasi besar itu karena empat hal. Pertama, Kopsyah BMI sesuai dengan disertasinya di Universitas Trisakti tentang strategi pemberdayaan KSPPS di Indonesia. Kedua, Kopsyah BMI telah menerapkan prinsip koperasi modern dengan Model BMI Syariah, hal yang belum pernah ditemuinya dalam berkoperasi.
Faktor ketiga, karena Kopsyah BMI tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan didukung oleh pengurus dan pegawai yang relatif muda dan potensial. Terakhir, Kopsyah BMI
melaksanakan praktek muamalah yang lebih maju melalui kegiatan Ziswaf dan banyak kegiatan sosial lainnya yang bermanfaat bagi anggota dan masyarakat.
Meski demikian, Harisman mengakui jika saat ini koperasi, termasuk Kopsyah BMI dihadapkan pada tantangan terutama menyiapkan SDM dalam menghadapi perubahan besar dan cepat pada lingkungan bisnis dan anggota.
“Kondisi sosial dan kultur masyarakat yang berubah drastis sejak zaman covid mengharuskan seluruh pemangku kepentingan mengubah mindset untuk menemukan cara cara baru, agar koperasi tetap tumbuh secara berkesimbungan,” pungkas pengagum Bung Hatta itu.