INDONESIA, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, terlambat dalam mengembangkan sistem ekonomi berbasis syariah. Umat Islam di Indonesia memiliki kelemahan di bidang ekonomi. Salah satunya adalah masih sedikit umat muslim yang membuka usaha sendiri atau berdagang. Padahal, sembilan dari 10 pintu rezeki adalah dengan berdagang. Bahkan Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pedagang yang ulet.
Mayoritas masyarakat Indonesia muslim. Namun, saat ini, sistem keuangan di Indonesia baru 5% yang berlandaskan syariah. Di Malaysia, sistem keuangannya sudah 22% berbasis syariah. Bahkan, London yang bukan merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim pun turut mengadopsi konsep syariah dalam sistem keuangannya.
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang tidak pernah mengalami krisis. “Dalam beberapa kali krisis ekonomi, sistem ekonomi Islam tidak pernah krisis”. Kok bisa? Sebab, dalam sistem tersebut tidak diperbolehkan spekulasi. Setiap kegiatan pun harus ada basis transaksinya, tidak boleh menjual sesuatu yang belum jelas. “Tidak boleh menjual angin. Tidak boleh menjual ke depan, harus jual apa adanya. Itu sebabnya tidak pernah ada krisis di bank syariah,” ujarnya.
Menurut JK, dari 100 orang kaya di Indonesia, hanya sekitar 10 yang muslim. Di sisi lain, dari 100 orang miskin, 90%-nya adalah orang Islam. “Kita bicara zakat, infaq, sadaqah wakaf. Semua itu akan bisa kalau banyak yang berada, banyak yang kaya. Kalau zakat orang kaya kurang, infaq wakaf kurang, maka (jumlah akumulatifnya) akan kecil,” tutur pengusaha tangguh asal Makassar ini.
Ekonomi syariah sebenarnya tidak terlalu sulit, karena itu bagian dari muamalah, hubungan antarsesama. “Selama tidak haram, dia halal. Jadi, tidak serumit apa yang kita jalankan sebenarnya,” ujar Wapres.●