octa vaganza

Ekonomi Dunia Masih Rentan Krisis

Ekonomi dunia masih rentan terhadap instabilitas dan krisis. Mengapa? Tak lain karena (potensi) ini inheren dalam sistem. Maka, daya tahan perekonomian domestik harus terus diperkuat secara konsisten. Presiden menyebut pentingnya menjaga optimisme.

 

KONDISI perekonomian dunia saat ini masih rentan terhadap krisis, karena masih ada ketidakpastian yang tidak dapat diprediksi arahnya. Krisis ini dapat terjadi kapan saja dan tidak ada yang bisa memperkirakan datangnya, apalagi tidak ada satu pun negara tidak mempunyai resep mujarab untuk mengatasi hal ini. “Ekonomi dunia masih rentan terhadap instabilitas dan krisis. Ini inheren dalam sistem,” kata Boediono, ekonom senior. daya tahan perekonomian domestik harus terus dilakukan secara konsisten.Karenanya, perlu menambahkan upaya untuk memperkuat Antara lain melalui penguatan koordinasi antara otoritas fiskal ataupun moneter serta pelaksanaan reformasi struktural secara berkelanjutan. “Kita punya institusi yang bisa berkoordinasi dengan baik untuk makro dan moneter serta reformasi struktural. Ini bisa menurunkan risiko instabilitas atau krisis ekonomi,” ujar Wakil Presiden periode 2009-2014 itu.

Guru besar UGM ini menceritakan kisah ketika Indonesia berkali-kali mampu bertahan dari krisis karena adanya kebijakan mitigasi yang tepat. Misalnya, upaya penyelamatan Bank Century pada 2008 yang dilakukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. “Menurut pandangan kami, suasana waktu itu sudah sangat serius dan perlu ditangani. Kita sudah satu pikiran, jangan sampai ekonomi jeblok lagi karena biaya ekonominya besar sekali,” ujarnya.

Pengambilan keputusan dilakukan tanpa memikirkan risiko politik. “Kami tidak pernah berpikir risiko politik, karena apa yang terbaik dari praktik ekonomi dan kebijakan terbaik, itu yang kita ambil. “Jadi satu-satunya opsi, kalau bank sakit jangan ditutup saat itu,” ujarnya.

Dari forum KTT APEC, diprediksi perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok masih akan terus berlanjut. “Nanti ketemu lagi di G20. Feeling saya mengatakan ya tetap akan ramai,” ujarnya. Dalam KTT APEC, kata Presiden Jokowi, pimpinan dua ekonomi terbesar dunia nomor satu dan dua bersitegang, sulit dipersatukan. “Dari pagi sampai siang, kemudian masuk lagi sampai sore, ada blok di sana, ada blok di sini,” katanya.

Menlu ditugasi untuk menjembatani agar ketegangan perang dagang mereda, tapi upaya itu gagal. Menurut Presiden, pergerakan ekonomi global yang tidak menentu pasti akan berpengaruh terhadap Indonesia. “Tapi kita tidak usah pesimis. Sebagai pengusaha kita tidak boleh gentar. Kita harus tetap optimistis. Jangan lupa di setiap kesempitan pasti selalu ada kesempatan. Di setiap kesulitan pasti selalu ada peluang. Pengusaha pasti berpikiran seperti itu,” katanya.

Dalam suasana perang dagang seperti ini, katanya, terbuka peluang besar. Ketua Kadin dan Hipmi menyampaikan banyak investor berminat mengalihkan pabrik-pabriknya ke ASEAN, termasuk Indonesia. “Inilah peluang. Mereka tahu kalau tarif masuk ke pasar Amerika dinaikkan, mau tidak mau mereka menggeser (bisnis) ke negara lain,” katanya. Kesempatan itu harus diambil dengan menjadikan mereka rekan kerja untuk menarik investasi dan memperluas ekspor.

“Problem besar kita sekarang ini adalah defisit neraca transaksi berjalan. Ini bisa diatasi kalau ekspor meningkat, kalau kita bisa melakukan hilirisasi, kalau kita melakukan industrialisasi. Inilah sebuah potensi, baik potensi untuk memperkuat industri dan potensi untuk meningkatkan ekspor kita,” kata Joko Widodo.●

Exit mobile version