hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Ekonom Unsoed Usul Pemerintah Kaji Harga Acuan Kedelai Impor

PURWOKERTO—Kepala Galeri Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Soedirman Rio Dhani Laksana mengusulkan agar Pemerintah melakukan kajian  harga acuan tertinggi untuk kedelai impor.

Langkah ini  dapat menjadi soslusi dalam menghadapi lonjakan harga yang mempengaruhi aktivitas sejumlah industri dalam negeri.

“Fleksibilitas harga kedelai sangat mempengaruhi konsumen. Pada saat pelemahan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19, maka produk tahu dan tempe menjadi alternatif protein masyarakat,” ujar Rio, Rabu (23/2/22).

Peningkatan produksi kedelai memang perlu menjadi acuan kebijakan dari kementerian pertanian, tetapi di sisi lain peningkatan produksi kedelai lokal yang bertahap akan membutuhkan waktu yang panjang agar terealisasi.

Selain itu katanya, kondisi mahalnya harga kedelai saat ini menjadi momentum peningkatan produksi. Jika melihat ketergantungan yang besar dan hampir 80 persen memang proses peningkatan produksi kedelai mutlak dilakukan oleh pemerintah.

Namun, kendati terjadi peningkatan produksi kedelai lokal tetapi harus dilihat juga dari segi harga jual komoditas kedelai tersebut dari sisi ekonominya apakah harga bisa bersaing dengan kedelai impor.

“Pemerintah melakukan operasi pasar dan memberikan program insentif atau subsidi harga impor kedelai sementara waktu hingga harganya kembali normal,” imbuhnya.

Dia mencatat kenaikkan harga kedelai didorong peningkatan harga internasional. Hal ini terjadi akibat ketidakpastian cuaca dan inflasi bahan makanan di AS salah satu eksportir utama kedelai dunia. Harga kedelai menurut prediksi baru turun pada Juli mendatang dan itu pun tak signifikan.

Kenaikan harga di level internasional itu, kata dia, berdampak ke Indonesia karena sebagian kebutuhan kedelai di dalam negeri. Salah satunya untuk bahan produksi tahu dan tempe didatangkan melalui impor.

pasang iklan di sini