JAKARTA—-Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri menolak rencana impor beras sebesar satu juta ton. Staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengingatkan saat ini sudah ada sejumlah tren perbaikan dari kinerja maupun infrastruktur penunjang pertanian dalam negeri.
“Di tengah Pandemi Covid-19, sektor pertanian justru mencatatkan pertumbuhan positif. Dimana, subsektor tanaman pangan tumbuh positif 3,54 persen atau tertinggi dalam lima tahun terakhir,” ungkap Faisal dalam webinar bertajuk “Reformulasi Kebijakan Perberasan”, Senin (22/3/21).
Dia menjelaskan adanya keberhasilan pemerintah untuk terus meningkatkan ketersediaan lahan untuk komoditas beras, sebagaimana yang dihimpun dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA).
Lahan baku Indonesia untuk beras meningkat dari 7,1 juta hektare (ha) menjadi 7,46 juta ha dari hasil pendekatan baru untuk mengestimasi lewat KSA. Selain itu infrastruktur penunjang sektor pertanian padi saat ini semakin mantap.
Hal ini menyusul aksi jor-joran pemerintah dalam membangun infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia. Saluran irigasi sudah banyak yang selesai, juga bendungan sudah banyak selesai. Jadi, sebetulnya sudah banyak nyata hasilnya.
“Jadi merupakan hal yang ironi jika pemerintah ngotot untuk tetap membuka keran impor beras pada saat ini. Sebab, kondisi sektor pertanian dalam negeri saat ini tengah berada dalam tren yang positif,” tutup dia.