Proses peminjaman mudah dan cepat yang diperoleh Dewi Shinta dari Koperasi Makmur Mandiri membuat usahanya tumbuh lebih cepat. Pengusaha briket di Tasikmalaya ini kian deras menyasar buyer luar negeri.
Ingin tahu bagaimana manfaat menjadi anggota koperasi bagi seorang pengusaha? Tanyakan pada Dewi Shinta. Pengusaha arang batok kelapa atau lazim disebut briket ini merasakan berbagai kemudahan dalam nengakses permodalan ketika bergabung dengan Koperasi Makmur Mandiri (KMM) cabang Tasikmalaya sejak Desember 2020.
Perempuan kelahiran 1975 ini bertutur, awal bergabung ke koperasi mengalir begitu saja, diajak seorang kawannya. Dan ternyata ketika sudah jadi anggota, dia mendapat prosedur peminjaman yang lebih mudah dan tidak berbelit-belit seperti sebelumnya dia rasakan jika meminjam melalui perbankan.
“Saya diminta mengagunkan pabrik ketika minta pinjaman besar, padahal pabrik itu merupakan usaha keluarga tidak bisa begitu saja jadi jaminan. Kalau dengan KMM ada agunan, tetapi tidak seperti di bank,” ujar Shinta ketika dihubungi Peluang.
Selain itu prosesnya mudah dan cepat, hanya memakan waktu kurang dari dua minggu. Sementara dengan bank dua minggu, dan itupun belum tentu selesai. Perempuan yang pernah kuliah di Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat ini mengungkapkan pinjaman ke KMM senilai Rp500 juta digunakan untuk pembelian bahan baku yang memang mahal. Dengan adanya modal tambahan maka orderan briket juga bertambah.
“Kini saya mengajak teman-teman wirausaha di Tasikmalaya bergabung di KMM karena manfaatnya bisa langsung dirasakan,” ucap ibu dari tiga anak ini.
Mulai dari Batubara
Shinta memulai usahanya dari briket batubara, mulai dengan mendistribusikan batubara untuk kebutuhan peternak di kawasan Priangan Timur sekitar 2006, namun usaha ini meredup karena konversi gas.
Dia kemudian merantau ke Lampung dan berkenalan dengan briket dari batok kelapa dari seorang rekannya pada 2013 dan di sanalah, Shinta mengenal dunia ekspor. Produk briket batok kelapa diekspor ke Jerman.
Ketika kembali ke Tasikmalaya dia pun mendirikan usaha yang sama pada tahun 2015 dengan modal sekira Rp300 juta termasuk membeli mesin dan peralatan. Usahanya di bawah bendera CV Mandiri Persada, berbasis di Kampung Neglasari, Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya ini berkembang pesat dan mampu menyerap 80 karyawan.
“Setiap bulan rata-rata ekspor 12 kontainer, masing-masing berisi 25 ton briket. Harganya per ton rata-rata 1.200 dolar AS. Kami mengekspor ke Eropa dan Timur-Tengah,” ungkap Shinta seraya mengatakan usahanya tetap berjalan lancar kendati di tengah masa pandemi.
Ke depan, Shinta akan terus mengembangkan usaha ini untuk memperluas ekspor. Harapannya, pemerintah dapat memberikan kemudahan untuk shipping, yang selama ini menjadi kendala bagi UKM seperti dia untuk ekspor.