JAKARTA—Asian Development Bank (ADB) menyatakan dukungannya terhadap upaya pemulihan ekonomi Indonesia dan mendorong lingkungan usaha yang kompetitif dan ramah investasi.
Untuk itu ADB menyepakati pinjaman berbasis kebijakan senilai 500 juta dolar AS atau sekira Rp7 triliun kepada Indonesia.
Direktur ADB untuk Manajemen Publik, Sektor Keuangan, dan Perdagangan Asia Tenggara Jose Antonio Tan III menyampaikan pinjaman berbasis kebijakan ini juga disertai oleh bantuan teknis dan pertukaran pengetahuan.
Bantuan teknis dan pertukaran pengetahuan, didesain agar menjadi bagian penting dari strategi pemerintah melakukan pemulihan pascapandemi Covid-19.
“Subprogram ini akan membantu Indonesia menciptakan lingkungan yang ramah investasi, memfasilitasi perdagangan, dan membangkitkan dunia usaha,” kata Jose dalam siaran resmi, Jumat (29/10/21).
Lanjut Jose, ADB sendiri mempunyai program Program Daya Saing, Modernisasi Industri, dan Akselerasi Perdagangan (Competitiveness, Industrial Modernization, and Trade Acceleration Program) untuk Indonesia yang sejalan dengan bantuan ini.
Program ini bertujuan untuk membantu Indonesia dalam mencapai pertumbuhan secara pesat sekaligus inklusif dan berkelanjutan.
Kebijakan ini akan mendukung upaya reformasi Indonesia yang sedang berjalan seperti mempermudah langkah-langkah memulai usaha, menarik investasi asing langsung bagi sektor manufaktur, dan menyederhanakan transaksi terkait lahan bagi investor.
Subprogram pertama itu juga bertujuan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan layanan logistik, memfasilitasi perdagangan, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta memberi insentif bagi perusahaan dalam mengadopsi teknologi baru dan meningkatkan keterampilan pekerja.
Reformasi struktural diperlukan demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, inklusif, dan berkelanjutan. Sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong oleh ekspor komoditas, sehingga perekonomian akan terimbas jika perdagangan komoditas memburuk.
Porsi manufaktur dalam ekonomi Indonesia turun menjadi 20 persen pada 2019 dari sebelumnya 32 persen pada 2002. Selain itu, investasi swasta terkonsentrasi pada sektor sumber daya dan perekonomian digital, dengan dampak terbatas pada penciptaan lapangan kerja.
ADB menyatakan komitmennya mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota, dan 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.