ADA sisi lain yang ditunjukkan krisis akibat Covid-19. Yakni ketahanan pangan kita begitu lemah. Buktinya, secara umum, impor pangan selama ini tergolong tinggi. Di antara yang banyak diimpor adalah sayuran. “Saya kaget, impor sayur sudah mencapai US$770 juta setahun pada 2019,” ujar Faisal Basri.
Jika dikonversi ke rupiah, nilai impor sayur itu sekitar Rp11,55 triliun (kurs Rp15.000). Naasnya, impor sayuran tersebut umumnya didatangkan dari Cina, dengan tren terus naik. Selain sayuran, kita juga pengimpor buah-buahan. Dalam setahun (2019) kita mendatangkan buah dengan total US$1,5 miliar (Rp22,5 triliun). Grafiknya naik seperti roket. Meroket gitu loh..
Komoditas gula pun begitu. Sama sebangun dengan daging. Kenaikan volume impor juga terlihat pada komoditas biji gandum dan meslin, kedelai, tembakau, hingga garam. KataKepala BPS Suhariyanto, impor dari Cina naik US$762,3 juta.
Ekonom sekelas Faisal Basri terkejut? Rakyat sama sekali tidak. Toh dari hari ke hari berhadapan langsung dengan beraneka komoditas yang serba impor. Kenyataan di lapangan menunjukkan, semua koar-koar muluk politisi (lewat janji politik) hasilnya nihil. Nol besar. Justru berbanding terbalik. Istilahnya, kita malah jadi negara swasembada impor. Bisakah situasi tak sehat seperti ini diakhiri? Atau justru kita makin kelelep? Moga saja ada jalan keluarnya.●
Sules Ningrum
Semarang, Jawa Tengah