Dalam bahasa Batak “nasari” berarti peduli. Kata peduli ini adalah kata kunci untuk koperasi , lembaga yang pas untuk perekonomian Indonesia sesuai amanat UUD 1945.
DENGAN filosofi ‘Peduli’ ini Sahala Panggabean mendirikan Koperasi Simpan Pinjam Nasari di Semarang pada 31 Agustus 1998.Semangat kepedulian itu terasa ketika Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari dan Grup menggelar acara Syukuran 20 tahun di Gedung Smesco, Jakarta, beberapa waktu lalu. Perayaan dua dasawarsa KSP Nasari ini mengambil tema “Bergandeng Tangan Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan yang Tumbuh Pesat dan Berkeadilan Serta Sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.” Dua agenda utama mengiringi puncak perayaan hari jadi itu adalah diluncurkankan unit usaha baru, yaitu Koperasi Nasari Syariah dan buku yang ditulis Ketua KSP Nasari Sahala Panggabean berjudul “Koperasi Indonesia Penyelamat Ekonomi Bangsa.” Hadir dalam acara itu Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga, Sekretaris MUI Pusat Anwar Abbas, para Ketua Pengurus Koperasi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Koperasi Besar Indonesia serta sekitar 300 tamu undangan yang merupakan anggota KSP Nasari.
Dalam sambutannya, Sahala Panggabean menuturkan kilas balik sejarah berdirinya KSP Nasari ditahun 1998 saat Indonesia dilanda krisis moneter, di mana jutaan orang menganggur dan nilai tukar rupiah ambruk dihadapan dolar AS.
“Ceruk pasar kami para pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), Polri dan TNI. Kami peduli pada para purnabakti beserta keluarganya yang butuh bantuan dana. Koperasi ini kami dirikan dengan tujuan membantu kesejaterahan anggota yang terhimpit krisis ekonomi,” kenang Sahala.
KSP Nasari merasa bangga jika melihat para pensiunan dan keluarganya tertolong dengan kehadirannya. Kepedulian terhadap para pensiunan beserta janda dan keluarganya yang membutuhkan pertolongan tidak mengundang tepuk tangan dari masyarakat luas. Pada waktu itu malah tidak sedikit kalangan meramal bahwa koperasi ini tidak berumur panjang.
Kenyataannya tidak. Kini KSP Nasari berkembang pesat mempunyai 36 kantor layanan dan 50 outlet layanan yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Itu berangkat dari peduli.
Kualitas Koperasi
Setelah dua dasa warsa sejak reformasi bergulir, perkembangan koperasi menurut Sahala menunjukkan arah yang terus membaik. Setidaknya di era pemerintahan Presiden Joko Widodo ini muncul keberanian untuk mereformasi perkoperasian. Salah satunya adalah dengan memangkas jumlah koperasi yang ditengarai hanya tinggal papan nama. Jumlah koperasi yang semula 212.570 unit dipangkas menjadi 152.712 unit. Sejak 2017 tercatat koperasi yang aktif (melaksanakan rapat anggota tahunan) sebanyak 80.088 unit. Sementara sisanya yang tidak aktif sekitar 72.706 unit koperasi.
“Itu artinya pengembangan koperasi mengedepankan kualitas dan bukan lagi kuantitas. Koperasi di Indonesia diharapkan bisa sejajar dengan koperasi maju di luar negeri. Mengapa di luar negeri koperasi maju, di Indonesia tidak? Padahal mengacu pada UUD 1945 badan usaha yang cocok untuk Indonesia adalah koperasi,” cetus Sahala penuh semangat.
Koperasi di Indonesia pada 2017 mampu memberikan kontribusi pada PDB sebanyak 4,48 persen dan pada 2018 dipatok 6,5%. “Kami berharap ke depannya sudah keluar Undang-undang baru Koperasi,” ujar Sahala.
Dalam percakapan dengan media massa, Menkop Puspayoga memuji konsisteni KSP Nasari selama 20 tahun melayani pensiunan PNS, TNI dan Polri. Tidak banyak koperasi yang jeli melihat bahwa melayani para pensiunan juga merupakan bisnis yang menguntungkan, dan KSP Nasari merupakan sedikit dari koperasi yang berhasil mengintip peluang itu, “tukas Puspayoga.
Era Digital
Dalam kesempatan yang sama Wakil Ketua KSP Nasari Chandra Saritua Pangabbean, mengatakan untuk ke depannya dikembangkan koperasi berbasis digital, beroperasi secara praktis melalui jaringan online. Tujuannya sebagai langkah antisipasi di era milenial. Saat ini sebanyak 80 persen dari SDM Nasari dari generasi milenial.
“Kami mendukung UKM dan usaha Startup untuk bersaing di era global dan melakukan inovasi berwirausaha,” kata Chandra.
Sementara Sekjen MUI Anwar Abbas menyatakan apresiasi terhadap kiprah KSP Nasari, yang mempunyai aset hampir mencapai Rp700 miliar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Anwar juga menyampaikan kesannya terhadap buku yang ditulis oleh ditulis oleh Sahala.
“Saya sudah sampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa mata kuliah ekonomi yang diajarkan di perguruan tinggi merupakan ekonomi liberalisme tidak ada ekonomi Pancasila, yang merupakan ekonomi kerakyatan. Kita harus mengajarkan ekonomi kerakyatan, untuk itu menurut saya salah satu buku yang dijadikan referensi adalah buku Pak Sahala,” ungkap Anwar. (Irvan)