Peluangnews, Jakarta – Dua pejabat The Fed pada Jumat (15/12) waktu setempat, menolak potensi pemangkasan tingkat suku bunga, khususnya pada bulan Maret 2024. Padahal sudah 4 hari bank sentral AS The Fed mengumumkan akan membicarakan momentum yang tepat untuk menurunkan tingkat suku bunga tahun 2024, yang mendorong hampir semua pasar global termasuk Indonesia mengalami kenaikan.
Mereka adalah Presiden Fed New York John C. Williams, dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic. Williams mengatakan masih terlalu dini bagi para pejabat untuk mulai menurunkan tingkat suku bunga. Sementara Bostic sedikit lebih tenang dan tetap mendukung kenaikan tingkat suku bunga bila dibutuhkan.
Mereka memperkirakan penurunan Fed Rate baru akan terjadi pada kuartal III-2024 mendatang, dengan 2x penurunan tingkat suku bunga.
Menurut Williams, masih terlalu dini bagi The Fed untuk membicarakan penurunan tingkat suku bunga, dan reaksi pasar terlalu berlebihan dibandingkan apa yang disampaikan oleh para pengambil kebijakan.
Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell sudah menyampaikan secara Fed Plot dan memberikan informasi bahwa ada potensi penurunan tingkat suku bunga pada tahun 2024.
“Apabila menilik Fed Plot, kami memperhatikan ada 3x potensi penurunan tingkat suku bunga. Namun seperti yang disampaikan juga oleh Powell, bahwa The Fed tidak akan ragu untuk menaikkan tingkat suku bunga kembali apabila inflasi belum terkendali sepenuhnya,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, dalam keterangannya, di Jakarta, Senin (18/12/2023).
Hal ini sebetulnya memberikan ruang yang lebih besar bagi The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga, namun fokus utamanya tetap akan berada di sisi inflasi.
Saat ini masih ada waktu selama 3 bulan apabila The Fed ingin menurunkan tingkat suku bunga pada Maret 2024. Sehingga biarkan data yang bekerja dan memberikan informasi kepada selama 3 bulan berikutnya, apakah inflasi benar-benar akan terkendali atau tidak.
Setidaknya pasar bisa mendapatkan gambaran, dan mengelola ekspektasi. Sebab saat ini, pasar di pengaruhi oleh persepsi dan ekspektasi terhadap penurunan tingkat suku bunga.
“Apa yang disampaikan Williams, tidak salah, sehingga memberikan tekanan kepada imbal hasil obligasi US Treasury 2y yang memang sangat sensitif terhadap hal tersebut, dan sedikit meberikan tekanan kepada pasar pada pergerakan pasar,” kata Nico.
Amerika masih akan menanti data pertumbuhan ekonomi tahunan GDP Annualized dan GDP Price Index QoQ kuartal III-2023 yang diharapkan akan memberikan sentimen positif bagi pasar. Namun tidak luput, data inflasi seperti PCE Deflator dan PCE Core Deflator yang keluar pada 22 Desember akan memberikan pengaruh terhadap pasar.
“Data Personal Income dan Spending diproyeksikan akan naik seiring dengan adanya liburan di Amerika,” kata Nico.
Pertemuan Bank Sentral Terakhir
Dari Eropa, pasar menanti data inflasi yang diproyeksikan tidak akan berubah pada tanggal 19 Desember 2023.
Untuk Tiongkok, akan ada data tingkat suku bunga pinjaman tenor 1y dan 5y Loan Prime Rate diperkirakan masih akan tidak berubah di tengah situasi dan kondisi pemulihan yang masih belum stabil.
Kemudian, ada pertemuan Bank Sentral Jepang yang diadakan pada tanggal 15 Desember 2023. Pasar menantikan pergerakan tingkat suku bunga. Apalagi karena inflasi di Jepang kian stabil di kisaran 3%, namun kenaikan upah juga harus dipastikan agar menopang inflasi yang berkelanjutan yang diinginkan oleh bank sentral Jepang.
“Kami berharap, Bank Sentral Jepang dapat mengkomunikasikan dengan baik apabila mereka ingin meninggalkan era tingkat suku bunga negatif sehingga tidak menimbulkan gejolak di pasar keuangan,” kata Nico.
Terakhir, tentu ada pertemuan Bank Indonesia sebagai penutup tahun ini, yang pasar memproyeksikan tidak berubah pada 21 Desember 2023.
“Perhatian pelaku pasar dan investor akan tertuju kepada sikap dari Bank Indonesia setelah The Fed memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga AS tahun depan. Tekanan secara jangka pendek tetap ada akibat pejabat The Fed, namun kami yakin, kemeriahan pasar tidak akan berkurang dengan adanya sentimen dari pejabat The Fed,” kata Nico. (Aji)