
Peluang News, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, jumlah masyarakat kelas menengah pada tahun ini mengalami penurunan.
Dalam konferensi pers yang digelar di kantornya, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, dari yang sebelumnya berjumlah 57,33 juta orang atau 21,45 persen dari total penduduk pada 2019, kini jumlah masyarakat kelas menengah menjadi 47,85 juta atau 17,13 persen.
“Dari jumlah tersebut, tercatat sebanyak 24,60 di antaranya didominasi oleh kalangan Generasi X yaitu 44–59 tahun. Sekitar 1 dari 3 penduduk kelas menengah atau 36,89% merupakan Gen Z (1997 hingga 2012) dan generasi alpha (2010 dan 2025),” papar Amalia, Jumat (30/8/2024).
Kemudian diikuti oleh masyarakat kelas menengah yang merupakan generasi milenial (1981-1996) sebanyak 24,60 persen.
Lalu, gen Z sebanyak 24,12%, gen alpha sebesar 12,77%, gen boomers (1946–1964) sebesar 12,62%, dan pre boomers (lahir sebelum tahun 1945) sebesar 1,12 persen.
Amalia menjelaskan bahwa kriteria kelas menengah terdiri dari mereka yang memiliki pengeluaran berkisar 3,5 – 17 kali garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia atau sekitar Rp2.040.262 – Rp9.909.844 per kapita per bulan.
“Sementara kriteria menuju kelas menengah pengeluarannya berkisar 1,5 – 3,3 kali garis kemiskinan atau sekitar Rp874.398 – Rp2.040.262 per kapita per bulan,” jelasnya.
Amalia memaparkan, jumlah masyarakat kelas menengah yang menempuh pendidikan hanya tidak tamat sekolah dasar (SD) mencapai 5,42%, SD sederajat 14,78%, SMP sederajat 17,55%, SMA sederajat 37,07%, dan perguruan tinggi sebanyak 25,17 persen.
Menurut Amalia, jumlah masyarakat yang berada dalam kelas menengah terus berkurang dikarenakan masih adanya efek dari Pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pemerintah dapat segera membuat kebijakan yang memperkuat daya beli kelas menengah di Indonesia.
Sebab, kontribusi dari masyarakat yang berada di dalam kelas menengah justru sangat tinggi dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya.
“Untuk itu, penguatan daya beli sangat diperlukan tidak hanya untuk kelompok miskin, melainkan juga untuk kelas menengah (middle class) dan menuju kelas menengah (aspiring middle class),” tuturnya.