Dirikan Koperasi Menolong Orang Banyak

Melawan arus. Saat banyak orang membuat Perseroan Terbatas (PT) untuk menumpuk pundi-pundi pribadi, Jonathan Danang Wardhana justru  mendirikan koperasi. Pilihannya itu jelas tidak populer lantaran saat ini citra koperasi kalah mentereng dibanding korporasi. Namun ia tidak mau ambil pusing dengan penilaian tersebut. Koperasi Kana terus melaju bersama mitra petani dan UMKM.

Lalu apa yang menjadi motivasi dan tujuan utama Koperasi Kana dan bagaimana perkembangan usahanya? Wartawan Majalah Peluang, Irsyad Muchtar mewawancarai Danang di kantornya beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Di masyarakat kita koperasi masih dinilai minor dibandingkan korporasi. Koq Anda justru dirikan Koperasi ?

Banyak kolega bisnis saya yang punya jiwa nasionalisme dan telah sukses di luar negeri ingin agar produk-produk dari Indonesia bisa tembus pasar dunia. Ini karena sumber daya kita sangat melimpah untuk diekspor. Sayangnya belum terkelola dengan baik seperti kemasan, branding, hingga kualitas. Kemudian saya mulai mempelajari tentang prinsip-prinsip koperasi sejak dua tahun silam dan rasanya cocok untuk menjadi lembaga yang dapat menyejahterakan orang banyak. Ide pendirian koperasi saya gulirkan kepada beberapa teman dekat yang punya latar belakang berbeda mulai dari bankir, industri, dan lainnya. Mereka pun banyak yang kurang mengerti tentang koperasi. Bahkan ada pejabat yang menyarankan untuk membentuk koperasi simpan pinjam saja dibandingkan koperasi konsumen. Namun saya tetap teguh untuk mendirikan koperasi konsumen dan pada 26 Agustus 2023 Koperasi Konsumen Kana resmi diluncurkan.

Apa yang jadi tujuan utama dari Koperasi Kana?

Kami ingin menolong orang banyak seperti petani dan UMKM melalui pola kemitraan. Konkritnya Koperasi Kana memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada petani tebu mitra di Kediri mulai dari sistem tanam, pemupukan, hingga teknologi. Dari hasil dialog kami dengan petani ternyata selama ini mereka kurang mendapatkan informasi yang cukup tentang rendemen (kadar gula dalam tebu). Akibatnya tingkat rendemen tebu mereka sangat rendah. Bahkan secara nasional pun rendemen petani kita kalah jauh dibandingkan negara seperti Brazil, India, dan Thailand. Kita hanya 7,58%, Thailand 14%-15%, dan Brazil mencapai 20%-30%. Padahal rendemen ini sangat penting untuk menentukan posisi tawar petani dan pabrik gula di industri gula global. Selain itu, selama ini struktur perdagangan lebih menguntungkan tengkulak dibanding petani. Nah kami berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani mitra dengan membenahi aspek produksi hingga pemasaran.

Dari hasil penyuluhan yang dilakukan Koperasi Kana, sejauh mana keberhasilannya?

Dalam setahun tingkat rendemen tebu petani mitra meningkat hingga mencapai 14%. Tebu berkualitas ini yang kemudian kita beli untuk disalurkan kepada pabrik gula. Dengan pola kemitraan, petani boleh menjual kepada pihak lain. Namun karena kami menawarkan harga beli yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor, mereka pun menjual tebunya kepada Koperasi Kana.

Obsesi anda ke depan?

Yang utama adalah petani dan UMKM kita lebih sejahtera. Untuk itu saya sering sampaikan kepada mereka bahwa potensi pasar ekspor sangat besar asalkan bisa meningkatkan mutu produk. Kami juga berharap ada koperasi konsumen Indonesia yang bisa menembus 300 besar koperasi dunia versi International Cooperative Alliance (ICA).

Exit mobile version