hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Dirgantara Indonesia Nyaris Digulung Krisis 1998

DIDIRIKAN tahun 1976 dengan nama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). Belakangan jadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Produksinya berbagai jenis pesawat terbang, termasuk helikopter. Saat krisis ekonomi 1998, perusahaan canggih ini nyaris bangkrut. PT DI sempat oleng terkena imbas krisis ekonomi pada 1997. Hampir semua SDM yang bareng satu diklat habis. Dari sekitar 15 orang, sekarang sisa tinggal dua.

Program N250 dihentikan pada tahun 1998. PTDI mulai terpuruk dengan adanya kebijakan IMF untuk menghentikan program bantuan dana kepada PTDI.  Kasus PHK massal pada 2003 menambah buruk kondisi perusahaan. PHK ini berbuntut panjang. Diperparah dengan putusan PN Jakarta Pusat yang memailitkan PT DI pada 2007, yang untungnya dibatalkan MA di tahun yang sama.

Putusan MA jadi awal kebangkitan PTDI. Pada 2012 dan 2014, PTDI mendapatkan tambahan modal dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), baik noncash maupun  cash. PMN cash, PT DI dapat Rp1,4 triliun, selanjutnya Rp400 miliar. Pemerintah mendukung program N219 dan pengembangan produk N245. Banyaknya pesanan dari dalam dan luar negeri membuktikan keandalan PTDI. 

Saat ini, PTDI juga mengerjakan proyek dengan Airbus Group melalui Spirit Aerosystem. Bahkan menjadi single source untuk bagian sayap pesawat A320, A321 hingga yang terbesar A380. “Banyak pekerjaan komponen yang dibuat di PTDI saat ini.

Produk-produk PTDI banyak yang diekspor ke sejumlah negara. Di antaranya Senegal, Venezuela, Uni Emirat Arab (UAE), Turki, Thailand, Brunei Darussalam, Pakistan, Korea Selatan, Malaysia, Filipina. Saat ini PTDI seminggu sekali mengirim komponen bagian dari sayap pesawat Airbus A320, A321, A380 ke Inggris. Kemudian membuat dan mengirim badan pesawat dan bagian ekor helikopter ke Prancis.●

pasang iklan di sini