Peningkatan kualitas layanan yang didukung teknologi digital terus dilakukan Koperasi BMI untuk menggapai idealisme pemerataan ekonomi. Hanya melalui koperasi sebagai antitesa kapitalisme hal itu dapat terwujud.
Penetrasi digital semakin masif dalam seluruh sendi kehidupan, termasuk di dunia usaha. Melalui digitalisasi proses bisnis menjadi lebih mudah, semakin cepat, dan transparan. Koperasi BMI sebagai salah satu entitas bisnis menyadari bahwa digitalisasi adalah keniscayaan sejarah.
Kamaruddin Batubara, biasa disapa Kamabara, Presiden Direktur Koperasi BMI mengatakan pihaknya sudah melakukan digitalisasi produk dan layanan. “Digitalisasi Koperasi BMI ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui kolaborasi dan partisipasi aktif,” ungkap Kamabara.
Terobosan digital yang dilakukan Kamabara dan jajarannya bukan sekadar ikut tren atau latah melainkan mengusung idealisme yang luhur yaitu pemerataan ekonomi. Salah satunya ditunjukan pada produk uang digital atau dikenal dengan Doit BMI. Produk ini merupakan aplikasi berbasis web apps yang mudah diakses oleh anggota secara cepat.
Secara filosofis, Doit BMI merupakan fasilitasi seluruh potensi anggota dengan semangat kolaborasi yang pada akhirnya untuk peningkatan kesejahteraan anggota dan pemerataan ekonomi. Secara ringkas, Doit BMI merupakan wujud nyata demokratisasi ekonomi. Ini karena prinsip kerjanya berasal dari anggota, oleh anggota, dan untuk anggota yang paralel dengan semangat berkoperasi.
Nilai demokratisasi ekonomi yang melekat dalam Doit BMI berbeda secara diametral dengan aplikasi sejenis yang lahir dari rahim kapitalisme. Aplikasi kapitalis hanya bertujuan untuk menggemukkan pundi-pundi sang pemodal/pemilik perusahaan. Sementara Doit BMI pada ujungnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan anggota melalui SHU. Dengan anggota Koperasi BMI mencapai 250 ribu orang dan sebagian memiliki usaha produktif, maka terdapat ceruk ekonomi yang besar.
Doit BMI memiliki beragam fitur antara lain untuk pembayaran, pembelian pulsa dan sarana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf). Dengan aplikasi ini, anggota bisa belanja untuk penuhi kebutuhannya, baik di minimarket dan grosir, di toko bangunan, di café dan unit usaha lainnya milik Kopmen BMI.
Secara ringkas, Doit BMI yang memiliki slogan satu aplikasi, berbagai kemudahan ini merupakan uang digital yang bisa di top-up dari simpanan sukarela anggota, dikonversi dari sebagian gaji karyawan, dan menjadi sarana transaksi penjualan dan pembelian produk secara digital antar anggota.
Dalam perkembangannya, respons anggota terhadap Doit BMI menggembirakan. Ini terlihat dari anggota yang pengunduh terus meningkat. Selain itu, anggota yang memiliki usaha produktif seperti bengkel atau warung kelontong pun semakin antusias untuk menjadi merchant Doit BMI.
Aplikasi besutan koperasi besar ini juga sudah mengukir prestasi tingkat nasional. Dalam ajang Pahlawan Digital UMKM 2020, Doit BMI terpilih dalam 20 besar bersama Auto Pilot Store, Ayowebs, Bonsay, Belanjaikan.com, Boleh.id, Booble.id, Chatbiz, Credibook, Femalepreneur, Finata, Kopral, Krealogi, Kururio, Lowcost Indonesia, Mantab, Optima UKM, Plaza Dayeuhluhur, Restoku dan Soodu.id. Yang membanggakan, Doit BMI adalah satu-satunya platform digital yang lahir dari rahim koperasi.
Seperti diketahui, Pahlawan Digital UMKM 2020 adalah sebuah program untuk memberi apresiasi kepada para inovator digital UMKM. Dalam program yang digagas Staf Khusus Presiden RI Putri Tanjung berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM itu bertujuan untuk menemukan dan mendukung lebih banyak lagi tech startup, SaaS, dan/atau gerakan sosial yang bertujuan untuk transdormasi digital UMKM.
Inovator yang mengikuti ajang itu beragam mulai dari market place, pelatihan dan pemberdayaan, penyedia jasa manajemen keuangan, sampai jasa perangkat lunak. Adapun kriteria penilaian antara lain terkait visi dan misi, model bisnis, kerja sama tim, kualifikasi founders, kesinambungan, dan pencapaian masing-masing inovator dalam membantu digitalisasi UMKM selama ini.
Dewan juri dalam kontestasi digital tersebut antara lain Putri Tanjung, Staf Khusus Menteri Koperasi UKM Fiki Satari, Aldo Rambie dari Facebook, dan beberapa profesional lain di bidang teknologi digital.
Meski belum berhasil menembus 10 besar, namun Koperasi BMI telah menorehkan tinta emas dalam tahapan sejarah digitalisasi UMKM di Indonesia. Yang lebih penting, platform Doit BMI bermuara pada peningkatan kesejahteraan anggota dan pemerataan ekonomi.
Kamabara mengungkapkan, bahwa Doit BMI merupakan penunjang kemudahan anggota untuk saling berinteraksi di seluruh unit usaha Koperasi BMI. “Kami akan terus mengembangkan platform digital demi tercapainya pemerataan ekonomi,” tegas Kamabara.
Dukungan Menentang Kapitalisme
Perjuangan ideologis yang diusung Koperasi BMI dalam melawan kapitalisme mendapat dukungan dari para tokoh koperasi. Seperti diungkapkan Subiakto Tjakrawerdaya, Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil era Kabinet Pembangunan VI dan VII bahwa ciri khas koperasi Indonesia adalah memiliki visi dan misi untuk mewujudkan pemerataan kesejahteraan sekaligus pengentasan kemiskinan.
Menyitir pendapat Bung Hatta dalam pidato pada acara Gerkopin 1966, yang menegaskan bahwa koperasi harus kembali ke jalan yang benar, yaitu koperasi Indonesia. Saat ini, ia menilai mazhab berkoperasi yang dipakai adalah mazhab dari Organisasi Koperasi Dunia (International Co-operative Alliance atau ICA).
“Koperasi dunia prinsip operasionalnya mungkin sama, tapi prinsip dasarnya beda, karena berangkat dari ideologi yang berbeda, filosopinya juga berbeda, visi misi pun pasti berbeda. Koperasi Indonesia jelas sifatnya yaitu membendung dan menentang kapitalisme secara fundamental, tidak hanya mengoreksi saja seperti koperasi dunia.,” tegas Subiakto dalam paparan webinar yang digelar Koperasi BMI beberapa waktu lalu.
Subiakto juga mengingatkan bahwa dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 dicantumkan perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai adalah koperasi.
Mengutip ulasan Kamabara dalam buku Model BMI Syariah, kata Subiakto, ada empat orang terkaya di Indonesia yang memiliki kekayaan lebih dari 100 juta penduduk termiskin. “Inilah kenapa Bung Hatta ingin menentang kapitalisme, karena dampak kapitalisme bakal seperti ini akhirnya. Semua rakyat harus berpartisipasi secara total dalam pembangunan ekonomi, inilah demokrasi ekonomi berlandaskan Pancasila,” ujarnya.
Subiakto juga berpandangan bahwa hanya dengan demokrasi ekonomi maka akan terjadi pertumbuhan merata yang berkeadilan. Jika demokrasi ekonomi dijalankan, maka tidak akan ada ketimpangan dan hanya koperasi Indonesia yang mampu mewujudkan pemerataan kesejahteraan. Oleh karenanya, emua warga negara wajib menjadi anggota koperasi, tidak lagi bersifat sukarela, tetapi keanggotaan wajib terbuka.
Pentingnya menjaga elan vital koperasi juga diungkapkan Sekretaris Kemenkop dan UKM, Rully Indrawan. “Apa yang dilakukan hari ini ke depan akan menjadi milik peradaban pada zamannya nanti, maka semangat perjuangan para pendahulu harus dihargai,” ujar Rully.
Rully juga menegaskan bahwa koperasi harus diposisikan kembali sebagai gerakan ekonomi masyarakat atau self help organization. Dalam hal ini, ia mengklaim bahwa pemerintah telah mensupport dengan beberapa regulasi dan kebijakan-kebijakan yang mendukung koperasi.
Terkait dengan digitalisasi, kata Rully, saat ini koperasi harus berkembang menjadi ekosistem digital. “Melayani ribuan orang bukan pekerjaan mudah dalam pengelolaan usahanya dan transaksi. Semua harus ditunjang dengan kemudahan dan teknologi digital. Pemerintah support akan hal itu,” ujar Rully
Satu yang penting, tidak boleh ada lagi penumpang gelap di koperasi, artinya semua anggota harus memiliki usaha, baik itu mikro ataupun ultra mikro. Dengan menjadi anggota, usahanya berubah memiliki skala ekonomi yang lebih besar. Dalam hal ini, Rully salut terhadap Kamabara dengan Koperasi BMI. Ia juga menilai Kamabara merupakan kamus hidupnya dalam berkoperasi.
Pada kesempatan yang sama, Kamabara menyampaikan bahwa Model BMI Syariah didasarkan pengalaman dan praktik berkoperasi selama 16 tahun terakhir. “Untuk menunggu hingga Kopsyah BMI membuka cabang di semua wilayah Indonesia, tentu butuh proses lama dan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Maka Buku Model BMI Syariah bisa menjadi panduan bagi siapapun yang ingin mengembangkan koperasi model BMI Syariah,” ungkapnya.
Keandalan Koperasi BMI sudah teruji. Pada masa pandemi ini, kolektabilitas sudah di atas 95 %, dan dari total asset yang dimiliki saat ini adalah Rp662 miliar, 82% nya adalah modal milik anggota. Seluruh produk pembiayaan dan lainnya juga didesain untuk memenuhi kebutuhan anggota, sehingga muncul militansi anggota. Selain itu, diperkuat dengan pendidikan perkoperasian buat anggota. “Semua trik sukses Kopsyah BMI kita buka semua di buku itu,” ujarnya.
Inti dari Buku Model BMI Syariah adalah adanya skema pelayanan dengan lima instrumen berupa sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi melalui gerakan menabung dan pemberdayaan zakat, infaq, sedekah dan wakaf (Ziswaf) dengan tujuan untuk membangun kemandirian koperasi yang berkarakter dan bermartabat sesuai prinsip syariah.
Tujuan dari seluruh aktivitas Koperasi BMI adalah mencapai kemaslahatan dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual. Pemerataan ekonomi, kata Kamabara, hanya dapat diwujudkan melalui koperasi. “Ini pesan dan semangat Bung Hatta yang disampaikan dalam beberapa kali pidatonya, bahwa pemerataan ekonomi hanya bisa diwujudkan melalui koperasi. Tidak ada pilihan lain, kecuali bertujuan hanya mengejar keuntungan semata dan mengabadikan kemiskinan,” pungkas Kamabara. (Kur)