Proses digitaliasi dalam layanan terintegrasi, menjadi concern Kospin Jasa baik konvensional maupun Syariah agar tetap memberikan yang terbaik kepada anggota. Ini syarat mutlak bagi keberadaan Kospin Jasa jika ingin menjangkau minat masyarakat yang lebih luas terhadap koperasi. Porses penyesuaian teknologi berbasis digitalisasi ini, kata Kadafi Yahya tidak boleh terlambat jika tak ingin ditinggal oleh pasar.
Menurutnya migrasi sistem menuju digitalisasi, tidak semudah membalik telapak tangan. Selain butuh waktu yang cukup panjang sesuai dengan karakter anggota yang umumnya masih gagap teknologi, juga butuh pendaaan yang relatif besar. Alhamdulillah, saya bisa menyakinkan para pengurus lainnya untuk bisa beralih ke sistem online dan dampaknya sangat positif hari ini,” kata Kadafi, Wakil Ketua Umum Kospin Jasa.
Cukup beralasan jika sektor Informasi dan Teknolgi (IT) menjadi concern Kadafi, karena sejak awal bergabung di Kospin Jasa pada 2006 ia memang dipercaya menangani IT, sebelum akhirnya merambah ke sektor property. Bahkan kini usahanya juga eksis di minyak dan gas.
Melalui perjalanan relatif panjang di Kospin Jasa, Kadafi menilai adanya kemajuan signifikan setelah perkembangan sistem menjadi jauh lebih besar dan lebih baik, bahkan perkembangan aset pun tumbuh positif. “Karena saya punya visi, dari awalnya pengusaha dan punya usaha sendiri, jadi punya pengalaman dan mengerti bagaimana membesarkan koperasi itu,” ucapnya.
Kendati sibuk dengan bisnisnya sendiri, namun Kadafi tetap meluangkan waktunya untuk tetap hadir di kantor Kospin Jasa. Ia ingin berbagi banyak pengalaman dengan pengurus lainnya guna bersama memajukan koperasi multi etnis yang berbasis di Pekalongan Jawa Tengah ini.
“Saya sangat bangga dengan waktu yang saya luangkan, memang terlihat di tempat waktu yang berbeda tetapi faktanya banyak ilmu yang saya dapatkan dari Kospin Jasa. Berkat Kospin Jasa ini, saya dapat membesarkannya di Syariah,” tutur Kadafi.
Mengenai citra koperasi yang kurang menarik, menurut dia, ini jelas dikarenakan oknum-oknum yang memang memiliki tujuan negatif. Ia juga menilai adanya sejumlah pengurus koperasi yang hanya melulu beorientasi pada pendekatan kepada kekuasaan (pemerintah) sehingga lalai gagal fokus pada usaha koperasinya sendiri.
Ironisnya, lanjut Kadafi, belakangan ini juga tidak banyak pembina perkoperasian di pemerintahan yang mengerti tata kelola koperasi, sehingga sering dipwersepsikan dengan badan usaha swasta lainnya.
“Ke depannya, kalau memang ingin koperasi menjadi besar, kita harus masuk kepada pemerintahan untuk mengedukasi mereka bagaimana memperbaiki koperasi dan memperbesar koperasi di Indonesia,” ujar Kadafi yang sudah dipercaya mengurus unit Syariah Kospin Jasa sejak 2010. (Irm)