SIAPA sangka raksasa Nokia yang berkuasa selama sekitar satu dekade ternyata tumbang. Soalnya persaingan begitu ketat. Merek lain yang cukup berjaya di era ini adalah Xiaomi. Namun, dominasi merekaa tumbang kerena keganasan strategi ala Xiaomi. Ada sekitar 500 merek smartphone di Cina beberapa tahun lalu. Jumlah itu kini menciut jadi sekitar 100.
Hingga kini, 4 perusahaan terlaris adalah Huawei, Xiaomi, Oppo dan Vivo yang menyumbang lebih dari 45 persen pangsa pasar di Cina. Lin Renxiang, seorang analis dari perusahaan riset Cina iResearch, mengatakan, “Merek yang lebih kecil bisa dijual dengan baik di antara pelanggan tanpa banyak pengetahuan tentang merek besar. Namun, dengan bantuan internet dan kampanye pemasaran intensif merek besar, semua orang tahu dan ingin membeli hape merek besar sekarang.“
Hape merek Dakele, berdiri 2012, juga harus mengikuti langkah pendahulunya, Eton Technology dan K-touch. Eton berbasis di Shenzhen, 2004, bangkrut dengan meninggalkan utang lebih dari Rp220 milliar (100 juta yuan). Merek K-touch juga sempat populer di Indonesia. Pada 2006, hape low-end merek lokal tanpa sistem operasi (feature phone) memang menguasai sekitar 49 persen. Merek lokal waktu itu sangat banyak, antaranya, Nexian, Evercoss, Advan, Mito, IMO, Mito, Taxco, eTouch, MyG, Mixcon dan Cross. Langkah para merek lokal terjepit di akhir 2008 karena merek hape asli Tiongkok mulai masuk. Di antaranya adalah Huawei, ZTE, K-Touch, Haier, HiSense, Beyond, CSL Blueberry. K-touch bahkan pernah menjadi merek terkemuka di Cina. Pertumbuhan pasar smartphone Cina yang melambat, juga membuat pemain yang lebih kecil hanya punya lebih sedikit peluang.●