octa vaganza

Di Tangan Riza, Sasirangan Jadi Bisnis Zaman “Now”

Riza Aspihany bersama keluarga memakai baju sasirangan-Foto: Dokumentasi pribadi.

BANJARMASIN—Kalimantan Selatan punya kerajinan tradisional yaitu kain Sasirangan. Nama ini berasal dari dua suku kata “Sa” artinya satu dan “Sirang” artinya jelujur.   Kain itu dibuat dengan cara menjelujur dan diikat lalu dicelup ke dalam pewarna.

Seorang pengusaha kerajinan Sasirangan di Banjarmasin, Riza Aspihany mengatakan, kini kain sasirangan polanya bisa dilukis pakai pensil atau spidol kemudian dijahit setelah itu proses pewarnaan.

Yang dipertahankan ialah pola-pola yang sudah diciptakan sejak zaman Raja Lambung Mangkurat abad ke 12. Di antaranya Sinapur Karang (berbentuk gelombang), Kulat Karikit, dan sebagainya.

Laki-laki kelahiran 1978 ini meneruskan usaha orangtuanya yang memiliki toko kerajinan di Jalan Seberang Masjid, Banjarmasin pada 2013.  Riza kemudian mengembangkan Sasirangan sesuai dengan perkembangan zaman, bahkan kaos dibuat dengan motif Sasirangan, begitu juga baju gamis,bukan hanya sekadar kain.

“Kaos  ditujukan untuk segmen laki-laki kalangan muda dan gamis untuk perempuan yang memakai busana muslimah,” kata Riza, ketika dihubungi Peluang, Sabtu (1/9/2018).

Untuk modal mengembangkan usaha,  Riza mengaku menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat, mulai dari pinjaman Rp5juta, Rp10 juta dan terakhir Rp25 juta. Pinjaman terakhir ini ditargetkan lunas pada tahun depan.

Untuk usaha Riza mengaku naik turun, namun rata-rata per bulan Rp100 juta kotor. Tapi biaya itu belum dipotong gaji 10 karyawan, termasuk BPJS dan produksi. Riza mempertahankan car tradisional (homemade)  untuk tetap melestarikan kerajinan sasirangan.  Pemasaran selain offline, juga online.

Prouk sasirangan Riza Aspihany-Foto: Dokumentasi pribadi.

“Kami juga pernah mendapatkan pembeli dari turis mancanegara, misalnya Australia,” kata alumni sebuah Akademi pelayaran ini.  (Irvan Sjafari)

Exit mobile version