octa vaganza
Solusi  

Di Balik Musibah Haula Toys Selalu Ada Berkah

BERMULA pada 1997. Solahudin Fuadi (51 tahun) dan istrinya inginkan Haula, putri pertamanya, punya mainan edukatif. Mereka dapatkan di toko, tapi harganya tak terjangkau. Itulah awal dirintisnya usaha mainan edukasi berbahan dasar kayu. Bak gayung bersambut, Solahudin bertemu dengan seorang perajin kayu dari perusahaan mainan yang hampir bangkrut. Ia minta dibuatkan tiga jenis mainan berbahan dasar kayu berupa puzzle angka, huruf, dan aneka bentuk.

Awalnya dipasarkan dari teman ke teman, dan laku keras. Dari tiga item yang dibuat pada 1998 itu kini sudah dihasilkan 1.000 item lebih. Mainan yang diproduksi Solahudin itu diberi nama Haula Toys, di bawah perusahaan PT Haula Sejahtera. Dipasarkan dari bazzar ke bazzar, juga di Parkir Timur Senayan tiap Sabtu dan Ahad. Dalam tiga jam, omzetnya Rp600.000 hingga Rp4 juta. Itu berlangsung setahun, sampai berjualan di daerah itu dilarang.

Sejak tahun 2000, nama Haula Toys mulai melejit. Selain membuat mainan edukatif, Fuad juga memproduksi alat peraga pendidikan, yang tidak dijual secara eceran. Dia jalin kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan, institusi pemerintah, dan korporasi. Produk Haula Toys bisa dimainkan oleh anak mulai enam bulan hingga usia SD. Produk Haula Toys dibanderol dari harga Rp10.000 hingga Rp2,5 juta per unit.

Memulai perusahaan dengan modal awal pinjaman Rp400 ribu dari seorang relasi, mereka harus mengatur strategi dengan terus berinovasi. Pemanfaatan kayu peti kemas memang menguntungkan karena bisa memangkas biaya bahan baku 30-50 persen. Sejak 2010, Fuad bisa fokus mengurus pemasaran. Pada 2013, ia sudah mempercayakan urusan produksi sepenuhnya pada 200 karyawannya. Mereka umumnya bertanggung jawab untuk urusan penyelesaian akhir (finishing). Ummu dan Fuadi hanya bertindak sebagai pemikir.

Bisnis suami istri itu sempat terpuruk hingga dana mereka minus. Tiga kali mereka ditipu orang. Meski nilainya hanya puluhan juta, itu bukan jumlah yang kecil saat awal merintis usaha. mereka hampir bangkrut. Kendati demikian, pasangan pengusaha atau couple preneur ini tegar menghadapinya. Pada tahun 2005, ujian dating LAGI. Niat hati ingin membesarkan usaha berakhir nihil. Menjual saham kepada para profesional hasilnya malah merugi hingga ratusan juta rupiah.

Pengalaman terburuk ketika ia tertipu dengan menyerahkan uang tunai sebesar Rp600 juta. Kejadian itu berawal ketika seseorang dari Thailand mengaku ingin memesan mainan dari Haula Toyssecara kontinyu, dengan nilai Rp1,5 miliar/bulan. Entah apa yang dipikirkan oleh keduanya sehingg bisa menyerahkan uang ratusan juta ke orang yang tidak terpercaya.

Untuk menghindari kejadian serupa, Fuad mengubah sistem pemesanan. “Selain kerja keras, saya belajar bahwa saya dan istri juga harus bekerja dengan cerdas,” ujarnya. Dari kejadian itu, Solahudin pun senantiasa menghadirkan Allah. Baik melalui sholat rawatib, dhuha, tahajud, dan shaum Senin-Kamis. Ditambah dengan istighfar dan sholawat untuk memperkuat.             Setiap kali mendapat musibah, Ummu menyerahkannya pada keputusan Allah. Biasanya, setelah mendapat musibah, tiba-tiba ada pemasukan yang jumlahnya melebihi uang yang telah ia keluarkan. “Saya pasrah kepada Allah. Alhamdulillah, seperti siklus, setiap kali habis dapat musibah puluhan juta rupiah, ada saja pemasukan yang jumlahnya lebih besar,”ujar Ummu bersyukur.

Exit mobile version