Hong Kong (Peluang) : Dewi Motik berharap ketika pulang ke kampung halaman, para migran anggota BMC bisa menjadi entrepreneur sukses di kampung halamannya.
Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Dewi Motik mengunjungi markas Buruh Miggran Cerdas (BMC) di Taman Kowloon Tong, Hong Kong, pada Minggu (1/1/2023).
Di hadapan anggota BMC, Dewi Motik memberikan motivasi agar mereka berani untuk menjadi seorang entrepreneur. BMC merupakan kelompok belajar yang dibimbing oleh Ciputra Entrepreneurship Center.
Menurutnya, peran buruh migran sangat berjasa bagi Indonesia. Pasalnya, selain bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, mereka juga mampu menghasilkan devisa untuk negara.
Pengusaha dan tokoh perempuan Indonesia ini menegaskan kalau ia menaruh perhatian karena para pekerja migran Indonesia di Hong Kong didominasi kaum perempuan. Mereka bekerja keras terbang jauh ke luar negeri.
Meninggalkan keluarga dan anak demi menyambung hidup. Berjuang bertahun-tahun dengan bekerja di negara lain dengan satu tekad mengumpulkan pundi-pundi agar anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi.
“Kalian hebat. Jasa kalian besar pada keluarga dan negara. Sejak dulu saya berdoa agar suatu saat bisa bertemu dengan BMC,” ucap Dewi Motik.
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) periode 2009-2014 ini mengisahkan dalam berbagai kegiatan, Dewi Motik sering bertemu pekerja miggran di luar negeri termasuk Arab Saudi. Begitu juga dengan pekerja migran Indonesia di Hong Kong.
Dalam setiap pertemuan tersebut, para migran kerap bercerita kepada Dewi Motik tentang kebanggaan mereka karena berhasil mengubah ekonomi keluarganya di kampung halaman.
Namun ada juga dukanya, karena tidak semua impian mereka bisa terwujud ketika sudah bekerja di luar negeri.
Selama dialog itu, Dewi Motik terus memberikan motivasi kepada anggota BMC untuk menjadi entrepreneur sukses bekal nanti pulang ke Indonesia. Ketika tidak lagi menjadi pekerja migran.
“Ada berbagai bidang usaha yang bisa dikembangkan.Misalnya, yang hobi kuliner bisa meneruskannya jadi ladang bisnis. Buka bisnis restoran atau katering makanan. Bagi penggemar dunia fashion dan mode bisa menjadi pengusaha butik,” kata Dewi Motik.
Selain itu, yang suka berorganisasi dapat menjadi socialentrepreneur. “Asal jangan lupa, dapat berbuat baik untuk banyak orang,” sambungnya.
Ia juga menegaskan, seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial (medsos) saat ini, aktivitas menjadi pengusaha kecil sangat terbantu. Terbukti bisnis usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjamur dapat mudah dijual melalui medsos.
“Berkembangnya teknologi, pengusaha kecil semakin dituntut jadi kreatif. Modal hand phone saja sudah bisa jualan produk. Menampilkan desain foto-foto produk di media sosial. Ini sangat membantu dari sisi marketing,” tegasnya.
Dewi Motik juga berpesan bahwa untuk menjadi pengusaha harus siap dengan kompetisi. Maka itu menurutnya, kreatifitas dan inovasi sangatlah penting.
“Perhatikan cara promosi marketing produknya. Bikin promo yang menarik dan unik agar mudah dimengerti pelanggan,” ucap Dewi Motik.
Pada kesempatan itu, Dewi Motik juga bercerita persahabatannya dengan almarhum Ciputra.
Persahabatannya dengan pengusaha properti Ciputra sudah dijalani sejak lama. Yakni ketikaDewi Motik bergabung dalam tim Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Begitu juga dengan pengusaha Ciputra itu.
Dewi Motik masih ingat betul, pertemanannya dengan Ciputra, itu terjalin sekitar tahun 1985. Saat itu, ia dan tim Kadin Indonesia yang diawaki sejumlah pengusaha nasional termasuk Ciputra membuat terobosan hubungan dagang dengan pemerintah China.
Disampaikannya, dulu sangat sulit menjalin hubungan dagang langsung dengan negara China. Karena semuanya harus melalui Singapura.
“Setiap produk dari Indonesia tidak boleh langsung ke China. Padahal yang diuntungkan adalah Singapura. Namun berbeda dengan sekarang, para pengusaha di Indonesia dapat melakukan hubungan dagang dengan China,” katanya.
Dewi Motik mengapresiasi gerakan sosial yang telah dilakukan Ciputra. Salah satunya melalui gerakan entrepreneurship yang cukup masif ke berbagai daerah.
Gerakan sosial tersebut menyentuh semua lapisan masyarakat mulai dari ribuan guru dan dosen hingga buruh migran.
“Waktu itu beliau (Ciputra) masih muda. Sejak kuliah sudah ahli bisnis. Otaknya cerdas dan pekerja keras.Ia menciptakan banyak karya melalui profesinya sebagai arsitek.Warisan pemikiran beliau tentang entrepreneurship mampu menembus berbagai negara dan mengurusi para pekerja migran. Kalian suatu saat kelak dapat meneruskannya,” ungkap Dewi Motik dihadapan anggota BMC.
Ketua BMC Tri Sumiyati mengatakan, pertemuan dengan Dewi Motik sangat berarti bagi rekannya sesama pekerja migran.
Dewi Motik sebagai pengusaha sukses dan pendiri IWAPI memberikan motivasi dan inspirasi anggota BMC.
“Pengalaman beliau menjadi pengusaha wanita sejak muda hingga aktif diberbagai organisasi perempuan menjadi teladan bagi banyak orang, termasuk kami,” ujar Tri Sumiyati.
BMC telah berdiri sejak 8 tahun lalu, dan sudah ratusan alumni yang ikut program kelas belajar yang dibimbing tim Ciputra Entrepreneurship Center (CEC) dan Universitas Ciputra.
“Banyak juga dari alumni BMC sudah jadi pengusaha UKM di kampung halamannya di Indonesia. Kehadiran ibu Dewi Motik bertepatan juga dengan HUT BMC ke 8,” kata Tri Sumiyati.
Lebih lanjut, ia menjelaskan setiap peserta wajib mengikuti program kelas selama satu tahun untuk satu angkatan. Sebagai syarat lulus wajib membuat tugas akhir.
“Tugas akhir itu dipersentasikan dihadapan tim penguji dari CEC. Peserta yang dinyatakan lulus akan mengikuti diwisuda dan dihadiri tim CEC,” tandasnya.