Deflasi bulan Mei lalu tercatat 0,03% (mtm). Kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,29% dan andil 0,08%. Pada bulan Juni, deflasi tercatat 0,08% (mtm). Kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesarnya adalah makanan minuman dan tembakau dengan deflasi 0,49% dan memberi andil deflasi 0,14%. Demikian BPS mencatat.
Deflasi merupakan fenomena penurunan harga secara terus menerus selama periode waktu tertentu. Penyebab umum terjadinya adalah penurunan permintaan, sedangkan produksi meningkat. Melansir berbagai sumber, ciri-ciri deflasi di antaranya berkurangnya jumlah uang beredar di masyarakat karena masyarakat cenderung menyimpan uangnya di bank. Hal ini terjadi ketika bank sentral menaikkan suku bunga.
Permintaan turun karena perlambatan kegiatan ekonomi sehingga banyak pekerja yang terdampak karena berkurangnya penghasilan. Jika konsumen memiliki pendapatan yang lebih sedikit untuk dibelanjakan, mereka akan membeli lebih sedikit barang dan jasa yang bersifat diskresi. Pengeluaran minim ini secara keseluruhan akan melemahkan perekonomian dan memperparah spiral deflasi.
Perlambatan kegiatan ekonomi yang berdampak ke penghasilan yang turun sehingga jumlah uang beredar pun menjadi berkurang. Menurut Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, deflasi bisa menjadi kabar baik tetapi juga bisa menjadi sinyal peringatan yang harus diwaspadai.
Dari sisi harga, masyarakat menjadi senang jika harga mulai stabil atau kenaikannya sangat minor karena akan membuat disposal income atau pendapatan yang dapat dibelanjakan semakin berdaya beli. Namun dari sisi makro, melandainya harga karena sisi permintaan turun menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah karena berpotensi menurunkan kontribusi konsumsi rumah tangga. Jika konsumsi rumah tangga turun, angka pertumbuhan ekonomi akan tertekan.
Dari sisi investasi, pelemahan permintaan juga menjadi sinyal peringatan. Ronny mengatakan investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi baru atau ekspansi usaha jika permintaan melemah. Pasalnya, prospek investasi menjadi suram jika permintaan tidak menjanjikan keuntungan. “Buat apa investor buka usaha baru, bikin produk baru, jual rumah baru, mobil baru; jika permintaan lemah. Jadi ini sinyal warning buat pemerintah dan dunia usaha,” ujar Ronny P Sasmita.●(Alula)