
Peluang News, Jakarta — Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca jasa pada sektor asuransi dan dana pensiun mencapai 512 juta dolar AS pada kuartal I (Q1) tahun 2025. Angka ini menunjukkan masih lebarnya celah ketidakseimbangan jasa keuangan dalam neraca pembayaran Indonesia (NPI).
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Bambang Arianto, menyebutkan bahwa defisit tersebut merupakan bagian dari tren yang mengkhawatirkan. Sebagai pembanding, pada tahun 2024, defisit sektor yang sama mencapai 2,1 miliar dolar AS.
“Tren pelebaran defisit ini menjadi perhatian Bank Indonesia karena berisiko memperburuk posisi eksternal Indonesia,” kata Bambang dalam Indonesia Re International Conference (IIC) 2025, Selasa (22/7) di Jakarta.
Secara keseluruhan, neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I 2025 mencatat defisit 0,8 miliar dolar AS, dengan transaksi berjalan mencatat defisit lebih rendah, yakni 0,2 miliar dolar AS (setara 0,1% dari PDB). Sedangkan neraca perdagangan jasa secara keseluruhan mengalami defisit 5,4 miliar dolar AS.
6 Agenda Strategis Perkuat Reasuransi Nasional
Untuk mengatasi tekanan di sektor jasa keuangan, BI mendorong penguatan industri reasuransi domestik. Bambang menguraikan enam agenda prioritas, yakni:
1. Peningkatan kapasitas reasuransi nasional, khususnya dalam menghadapi risiko besar melalui penguatan modal.
2. Penguatan sektor asuransi berkelanjutan, termasuk pengelolaan eksposur terhadap risiko-risiko berkolerasi tinggi.
3. Implementasi penjaminan polis asuransi, sesuai amanat UU No. 4 Tahun 2023 (UU P2SK), yang ditargetkan berlaku mulai 2028.
4. Regulasi prioritas reasuransi dalam negeri, untuk mengurangi ketergantungan pada reasuransi luar negeri.
5. Insentif fiskal, guna mendukung pertumbuhan kapasitas reasuransi nasional.
6. Pengembangan SDM dan inovasi produk, agar industri semakin tangguh dan adaptif terhadap perubahan pasar.
BI menegaskan komitmennya dalam memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional, termasuk di sektor asuransi, melalui bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
“Bank Indonesia akan terus mendorong transformasi sektor jasa keuangan agar mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Bambang. (Aji)