octa vaganza
Ragam  

Daulat Basecamp Mampang Prapatan XIV No. 75

PERKARA pindah kantor, kami tergolong ‘berpengalaman’. Dalam rentang usia yang belum satu dasawarsa, Majalah PELUANG telah mukim di empat lokasi. Kantor yang kami huni saat ini, semenjak pengujung 2018, adalah sebuah rumah representatif dua lantai. Posisinya di Jln. Mampang Prapatan XIV No. 75, masuk 800 meter ke dalam jika anda datang dari Jl. Raya Mampang Prapatan.

Sebelumnya, kami menghuni betang mini, rumah panggung Dayak, di Jln. Duren Tiga Raya No.2. Empat tahun kami di sana, di tempat yang aksesibilitasnya strategis, berhadapan dengan Hotel Kaisar. Menjelang itu, markas Majalah PELUANG tak jauh dari sana, yaitu di Jln. Pancoran Barat No. 22, Pancoran, bersisian dengan Masjid Al-Munawwar. Menjelang itu, kami pernah berkantor di Gedung Dekopin, Jln. Buncit Raya, dan di Jln. Ketapang, Pasar Minggu, tak jauh dari Kampus Universitas Nasional.

Patut pula diinformasikan di sini, nama PELUANG dengan moto “Gagasan dan Solusi Bisnis” praktis kami gunakan sejak Januari 2014. Mendahului nama itu adalah PELUANG DAN INFO PASAR (disingkat PIP). Nama ini demi mengawetkan spirit dan marwah media pendahulunya—sekaligus ‘mengamankan’ psikologi pasar—yang berawal dari PUSAT INFORMASI PERKOPERASIAN. Kami merilisnya dengan singkatan PIP agar kesan lugas dan eye catching.

Di lokasi teranyar ini, sembari tata menata ini itu, kami gerak cepat. Sebagaimana mestinya ‘pendatang’, kami sowan kepada administratur lingkungan: Ketua RT 08 dan Ketua RW 04, Kelurahan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan. Pada pekan kedua, kami menghelat tasyakuran kecil. Memperkenalkan diri sebagaimana lazimnya. Introduksi terkait aktivtas kantor ini sebagai lembaga jurnalistik bidang ekonomi. Perkoperasian khususnya.

“Yang tak ada kaitannya dengan eforia pemihakan kubu-kubu politik,” ujar Irsyad Muchtar, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah PELUANG.

Bagi kami, tasyakuran ini merupakan penunaian kewajiban moral dalam hal ‘datang (kudu) tampak muka’ di lingkungan indigenous Betawi. Irsyad menyampaikan dua hal. Pertama, hajatan ini dihadiri Pak Suparno, seorang ‘warga biasa’, yang di kantor Kemenkop dan UKM menjabat Deputi Bidang Pengawasan. Kedua, tawaran agar kami dilibatkan dalam acara-acara yang menyangkut kemaslahatan bersama. “Bila perlu, diselenggarakan di tempat ini. Silakan,” ujarnya.

Dengan kami menaati prosedur tertib administrasi (dan hukum adat) di lingkungan ini, Ketua RW menyambut kami dengan tangan terbuka. “Kami sangat senang. Selamat datang di kampung kami. Semoga berkah segala kegiatan yang dilakukan, dan bisa menempati tempat ini selamanya”. Kalimat terakhir ini layak diaminkan dengan takzim—senyampang kami ditopang finansial yang cukup, dan sang pemilik rumah sudi melepasnya. Insyaa Allah.

Exit mobile version