octa vaganza
Ragam  

Dari Komoditas Hingga Tulisan dalam Al-Qur’an

Sebuah cacatan tertua tentang Barus ditulis oleh Ptolomaeos, seorang filsuf Alexandria abad pertama Masehi.Diduga, kamper adalah salah satu bahan untuk memumikan jenazah para Fir’aun di Mesir.

KAPUR barus digunakan sebagai pengharum pakaian, pengusir rengat dan bahan pengawet non-makanan oleh masyarakat. Dari dulu, kapur barus menjadi komoditas perniagaan yang penting. Oleh pedagang dari India, Asia Tenggara dan Timur Tengah, kapur barus dibuat dari cairan yang dikeringkan hasil ekstraksi pohon kamper (cinnamomum camphora).

Barus ini dulunya bandar yang besar sehingga banyak saudagar dari Timur Tengah masuk ke sini, sekalian melakukan syiar agama Islam. Kedatangan saudagar dari Timur Tengah ini dapat dibuktikan dengan adanya situs Pemakaman Mahligai, Auliya 44, dan Papan Tinggi bertuliskan Arab Kuno (Persia) yang diperkirakan pada abad VII atau sekitar tahun 661 Masehi.

Disebut makam Papan Tinggi karena posisinya berada di atas bukit setinggi 215 meter di atas permukaan laut. Untuk sampai di sana, kita harus melewati 730 anak tangga. Ditilik dari sisi bahasa, hampir di setiap batu nisan utama bertuliskan bahasa Arab. Hal ini sangat jarang ditemukan, bukan hanya di Barus tetapi di seluruh Nusantara pada umumnya.

Kapur barus asal Tapanuli Tengah, kata Hendri Susanto Tobing, terkenal akan keharumanannya, sehingga diburu dan harganya jadi relatif tinggi. Sayangnya, eksplorasi yang berlebihan terhadap kapur barus mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi pohon yang berusia lama ini. Kini sangat jarang ditemukan di hutan sekitar Barus.

Dari sumber lain diketahui, kapur barus atau kamper menurut para ahli merupakan komoditas di sebagian besar dunia, dari Cina sampai kawasan Laut Tengah (meliputi Indocina, Asia Tenggara, India, Persia, Timur Tengah, bahkan Afrika). Hal tersebut berlangsung sejak abad ke-4 M sampai abad ke-10 atau sesudahnya.

Dalam buku Barus Seribu Tahun yang Lalu yang ditulis arkeolog Prancis, Claude Guillot disebutkan, Barus termasuk dalam golongan kota-kota kuno yang terkenal di seluruh Asia sejak abad ke-6 Masehi. Tentang kota tua Barus, Claude Guillot menguraikannya dalam buku Lobu Tua: Sejarah Awal Barus. Buku ini merupakan upaya epigrafi dan kajian dokumen guna mengungkap sejarah Barus.

Sumber tertua yang menyebutkan kamper berasal dari sebuah catatan seorang pedagang Cina awal abad ke-4 M, yang menelusuri jalur sutera. Di Barat, catatan tertua tentang kamper berasal dari tulisan seorang dokter Yunani yang tinggal di Mesopotamia, bernama Actius (502-578 M). Sementara itu, kronik Dinasti Liang (502-557) di Cina mengaitkan kamper dengan satu daerah yang nanti dikenal dengan Barus.

Sebuah cacatan tertua tentang Barus ditulis oleh Ptolomaeos, seorang filsur Alexandria abad pertama Masehi. Jika benar bahwa Barus yang disebut Ptolomaeos adalah daerah penghasil kapur atau kamper, bisa dipastikan bahwa kapur (dari) Barus sudah dikenal, bahkan hingga di Afrika, sekitar sejak abad pertama Masehi. Diduga pula, kamper adalah salah satu bahan untuk memumikan jenazah para Fir’aun di Mesir.

Ketika Al-Qur’an turun pada abad ke-7, kapur (barus) adalah sebuah barang mewah di Timur Tengah. Al-Qur’an menggunakan istilah (kâfûr) untuk menggambarkan keistimewaan dan kemewahan minuman orang-orang shaleh di akhirat. Istilah kâfûr tak dipakai dalam kegunaan praktisnya, tetapi dalam nilai simboliknya. Al-Qur’an menarik istilah kâfûr dari pengertiannya yang konkret ke pengertiannya yang abstrak; dari dimensi duniawi ke dimensi rohani.●(Zian)

Exit mobile version