hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Dari Gotong Royong, Desa Aeng Batu-Batu Bangun Koperasi Merah Putih

Koperasi ini bukan hanya muncul sebagai representasi antusiasme masyarakat terhadap komitmen pemerintah untuk membangun simpul perekonomian di desa melalui program Kopdes/ Kel Merah Putih.
Koperasi ini bukan hanya muncul sebagai representasi antusiasme masyarakat terhadap komitmen pemerintah untuk membangun simpul perekonomian di desa melalui program Kopdes/ Kel Merah Putih.

PeluangNews, Jakarta-Di sebuah sudut Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Cigasong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, semangat gotong royong yang telah lama mengakar kini tumbuh menjadi kekuatan ekonomi baru. Masyarakat desa sepakat membentuk Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih, sebuah wadah yang menjadi simbol harapan baru menuju kehidupan yang lebih sejahtera.

Manajer Bisnis dan Operasional Koperasi Desa Merah Putih Aeng Batu-Batu, Wahyudin Mapparetta, menceritakan bahwa koperasi ini berdiri dari nol di tengah keterbatasan masyarakat.
“Kami memulai dari obrolan beberapa warga di bawah pohon,” ujarnya mengenang. “Waktu itu kami terinspirasi dari pidato Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya ekonomi berbasis gotong royong melalui koperasi.”

Pidato Presiden itu, kata Wahyudin, menjadi pemantik semangat warga untuk berbuat nyata. “Apalagi ketika Presiden menegaskan rencana membangun 80.000 koperasi di seluruh desa di Indonesia. Itu membuat kami makin yakin bahwa desa harus mulai bergerak,” tuturnya.

Namun perjalanan awal tidak mudah. “Di awal musyawarah desa, belum banyak warga yang tertarik. Tapi kami tetap jalan. Kami bangun kantor koperasi dulu supaya masyarakat tahu kami serius,” katanya.

Perlahan, kepercayaan warga mulai tumbuh. “Kami ajak warga satu per satu untuk menabung dalam bentuk simpanan sukarela,” tambahnya. Dana hasil gotong royong itu menjadi modal awal menjalankan koperasi.

Dengan dukungan pemerintah desa dan dana desa, koperasi mulai mengembangkan berbagai unit usaha. “Kami membuka gerai sembako, kantor KSP Syariah, hingga klinik dan apotek desa,” ungkap Wahyudin.

Hasilnya mengejutkan. Sejak diluncurkan pada Juli 2025, hanya dalam tiga hari operasional, koperasi mampu mencatat omzet Rp45–50 juta. “Kami bahkan sempat yakin bisa mencapai Rp500 juta per bulan,” katanya optimistis.

Meski sempat terkendala distribusi bahan pokok, masalah itu berhasil diatasi dengan komunikasi intensif kepada pemasok. Kini, Gerai Sembako Koperasi Merah Putih mampu membukukan omzet hingga Rp400 juta.

Tak hanya itu, klinik desa juga menjadi favorit warga. “Kami sudah buka tiga poli — umum, gigi, dan ibu-anak. Saat ini baru dua yang aktif, tapi insyaallah semua bisa berjalan penuh,” ujar Wahyudin penuh keyakinan.

Secara keseluruhan, Koperasi Merah Putih Aeng Batu-Batu kini memiliki 10 unit usaha, KSP Syariah, Gerai Sembako, Pangkalan Gas, Mandiri Agen, Agen Pos, Klinik, Apotek, Café Merah Putih, Gudang, dan Toko Saprodi (Sarana, Prasarana, dan Alat Produksi).

Ke depan, koperasi berencana menambah tiga unit baru: Pabrik es, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), dan kapal perikanan yang akan difasilitasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

“Potensi desa kami lengkap, ada laut, tambak, kebun, sawah, dan ternak. Semuanya akan kami kelola agar menghasilkan cuan untuk masyarakat,” jelasnya. Wahyudin juga berharap pemerintah melalui Bank Himbara dapat memberikan dukungan pembiayaan tambahan. “Kami sudah siapkan proposal lengkap untuk setiap unit bisnis,” katanya menutup dengan penuh harap.

Salah satu warga, Ratu (52 tahun), mengaku kehidupannya kini jauh lebih mudah sejak ada koperasi. “Harga sembako di gerai koperasi lebih murah dibanding warung luar. Minyak, gula, beras, sampai gas semua lebih terjangkau,” tuturnya dengan senyum lega.

Selain itu, fasilitas kesehatan desa juga sangat membantu. “Kalau lagi sakit, kami tinggal jalan kaki ke klinik. Lebih dekat dan murah,” katanya.

Kepala Desa Aeng Batu-Batu, Syarifa Ratu Yuliani, menyebut koperasi ini sebagai tonggak perubahan ekonomi desa. “Koperasi ini bukan hanya wadah usaha, tapi kunci untuk memaksimalkan potensi lokal dan menjadikannya sumber kesejahteraan bersama,” ujarnya.

Ia memastikan dukungan penuh pemerintah desa terhadap pengelola koperasi. “Kami menatap optimis karena pengurus koperasi ini amanah dan punya komitmen tinggi. Tapi kami juga berharap pemerintah pusat dan perbankan bisa segera membantu tambahan modal,” imbuhnya.

Dari kisah Wahyudin yang membangun dari nol, pengalaman Ratu yang merasakan manfaat nyata, hingga keyakinan Syarifa terhadap masa depan desa, satu hal menjadi jelas: Koperasi Merah Putih bukan sekadar lembaga ekonomi. Ia adalah ruang kebersamaan yang menyatukan masyarakat, pemerintah, dan pelaku lokal dalam satu visi — menjadikan desa sebagai pusat kemandirian dan kesejahteraan.

pasang iklan di sini