hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Dari Cinta Laut Jadi Bintang Laut

SURABAYA—-Sejak kecil laut sudah karib dengan diri Mahmuda. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Surabaya, dia sudah membantu orangtuanya sebagai perajin kerang untuk dibuat berbagai kerajinan seperti hiasan dinding.

Akhirnya pada 2000, Mahmuda mendirikan UKM Bintang Laut, setelah dia dan suaminya dipercaya oleh orangtuanya melanjutkan usaha.

“Awalnya bahan baku limbah laut didapat dari pesisir pantai yang ada dekat rumah kami. Banyak sekali kulit kerang yang berserakan terkena ombak laut hingga menjadi bersih,” kata Mahmuda ketika dihubungi Peluang, Rabu (15/1/20).

Oleh Mahmuda mulanya yang dibuat hanya mainan kecil untuk anan-anak. Lambat laun berkembang menjadi banyak hiasan untuk mempercantik rumah. Di antaranya, produk tirai untuk jendela, pintu, pembatas ruangan, tempat tissu, cermin, hiasan dinding, gantungan kunci dan sebagainya.

Modal mendirikan UKM Bintang Laut awalnya hanya Rp2 juta.  Untuk pemasaran pertama kali hanya di sekitar pantai dekat rumahnya kami. Produknya dijual antara Rp5 ribu hingga Rp200 ribu.

“Rumah kami diapit oleh tempat wisata. Dinamakan bintang laut karena  bahan baku nya 90% limbah laut,” ungkap Mahmuda.

Upaya Mahmuda berhasil mengubah limbah menjadi komoditas bernilai rupanya diperhatikan oleh dinas terkait Kota Surabaya. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dewan Kerajinan Nasional Daerah, menyertakan Bintang Laut ikut berbagai pameran.

“UKM Bintang Laut benar-benar usaha keluarga, karena karyawannya hanya keluarga, tapi kalau ada pesanan besar kami merangkul UKM lain untuk terlibat,” papar Mahmuda.

Pihaknya menghadapi berbagai kendala, terutama bahan baku limbah laut tidak selalu tersedia. Kalau musim hujan produksi lambat, karena lem untuk perekat lama keringnya.  Dia bersyukur bahwa produknya sudah sampai ke luar negeri, walau lewat tangan kedua.

“Saya kurang minat kerja sama dengan buyer luar negeri banyak persyaratannya, sepertitarget  ketepatan waktu, ukuran yang sama dan banyak hal lagi. Sementara  tangan ke dua tidak repot urusannya,” ungkap dia.

Mahmuda menampik menyebut omzet, namun menurut dia dengan usahanya mampu menyekolahkan tiga anaknya dan mencukupi kebutuhan rumah tangga. Berkat inovasi dan ketekunannya oleh Pemkot Surabaya, Mahmuda diganjar sebagai Pahlawan Ekonomi Surabaya beberapa waktu lalu (Irvan Sjafari).

pasang iklan di sini