hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Dampak Corona, Kerajinan Kulit Mojokerto Merugi

MOJOKERTO—Pelaku Kerajinan Kulit di Kota Mojokerto merugi hingga jutaan rupiah karena merosotnya produksi. Mereka sulit mendapatkan bahan baku yang masih banyak diimpor dari Tiongkok, akibat merebaknya wabah corona.

Salah seorang perajin kulit Kedungkwali, Kelurahan Miji, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto, bernama Choiron (45) mengungkapkan, selama dua bulan omzet menjadi seorang pengerajin sepatu dan sandal merosot drastis.

“Material sandal ini, bahan bakunya masih diimpor dari Tiongkok. Yakni kulit sintetis dan lem jenis poly urethane (PU),” ujar Choiron seperti dikutip dari Berita Jatim, Selasa (17/3/20).

Menurut Choiron, kedua material memang diproduksi di Semarang, Jawa Tengah, namun bahan bakunya diimpor dari Tiongkok.

Kulit sintetis digunakan membuat bagian upper sandal, sedangkan lem PU untuk menyatukan semua bagian sandal. Mulai dari sol luar, sol dalam hingga upper.

Sebelum merebaknya Corona, pasokan kulit sintetis setiap bulan mencapai 80 rol, masing-masing rol sepanjang 25 meter dengan lebar 120 sentimeter. 

Pada dua bulan terakhir pasokan bahan baku tersendat karena impor bahan baku dari Tiongkok lebih ketat sejak merebaknya Corona.

Kulit sintetis mmepunyai keunggulan karena variasi warnanya lebih bagus. Selain itu, harganya juga lebih terjangkau Rp110 ribu per rol, bahan lokal Rp80 ribu sampai Rp90 ribu per rol.

Kulit sintetis lokal sering kali panjangnya kurang dari 25 meter, lebarnya juga hanya 110 sentimeter.

“Saat pasokan lem lancar, setiap bulan saya terima 60 boks. Masing-masing boks berisi 15 kg lem PU. Untuk bahan baku berupa sol luar maupun sol dalam sampai saat ini masih normal,” tutur dia lagi.

Dengan pasokan 120 rol kulit sintetis dan 60 boks lem PU, ia mampu membuat 20.800 pasang sandal. Dalam proses pengerjaannya, ia dibantu delapan orang karyawan dengan produksi sandal untuk laki-laki maupun perempuan mulai anak-anak hingga dewasa.

Sandal-sandal itu kemudian dikirim ke perusahaan di Surabaya, harga per pasangnya Rp40 ribu sehingga omzetnya  saat pasokan bahan baku lancar mencapai Rp832 juta.

Tapi saat ini, karena pasokan tersendat jadi saya hanya menerima 50-60 rol kulit sintetis dan 40 boks lem PU setiap bulannya sehingga produksi berkurang.

Terbatasnya bahan baku membuatnya terpaksa mengurangi kapasitas produksi sandal dari 20.800 pasang menjadi 16.000 pasang dalam sebulan.Omzetnya  anjlok menjadi Rp640 juta per bulan. Otomatis pendapatan karyawan berkurang karena sistem kerja borongan.

Pada kesempatan terpisah Ketua Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto, (KOMPAK) Emru Suhadak (50) membenarkan, merebaknya kabar corona  membuat pasokan bahan baku dari Tiongkok terhadap para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) sepatu dan sandal di Kota Mojokerto menjadi tersendat.

“Namun kabar bagusnya, produk alas kaki dari luar negeri juga kesulitan masuk ke pasar tanah air karena corona ini,” kata dia.

pasang iklan di sini