octa vaganza

CIPS Peringatkan Potensi Kenaikan Harga Pangan pada 2022

JAKARTA—Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Setiawan memperingatkan Pemerintah agar membuat langkah antisipasi terhadap potensi kenaikan harga pangan pada 2022, sebagai imbas masih berlangsungnya pandemi Covid-19 dan fenomena La Nina yang menyebabkan ketidakpastian musim tanam dan musim panen.

Indra mengatakan saat ini distribusi dan ketersediaan sebagian besar bahan pangan pokok di Indonesia memang sudah lebih stabil dari sebelumnya.

“Hanya saja sejumlah komoditas yang sebagian besar bersumber dari impor seperti bawang putih, gula, daging sapi, serta kedelai diproyeksi  mengalami fluktuasi  harga,” ujar Indra dalam keterangannya, Jumat (12/11/21).

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat  harga bawang putih sepanjang 2020 cenderung mengalami kenaikan dari Rp28.300 pada Januari dan mencapai titik tertinggi pada Agustus 2021  sebesar Rp30.600.

Sementara harga daging sapi juga terus mengalami kenaikan dari Rp113.250 pada Januari 2021 hingga mencapai Rp120.050 pada Mei 2021.

Seharusnya pantauan pergerakan harga dan produksi nasional seharusnya sudah bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan yang akurat.  Dia juga menambahkan dibutuhkan data pangan yang dapat dipercaya dan diperbaharui secara berkala.

Indra menuturkan kesulitan mengamankan impor daging sapi membuat harganya melonjak,  terlebih perayaan Idul Fitri pada 2022 mendatang akan berlangsung di awal tahun.

Rendahnya permintaan akibat pandemi memang dapat meredam kenaikan harga. Kendati demikian, menjelang Ramadan dan Idul Fitri jumlah permintaan dipastikan akan melebihi permintaan pada hari biasa.

“Untuk antisipasinya ketersediaan stok yang memadai sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan harga pangan, terutama komoditas yang tergolong pokok dan sumber ketersediaannya sebagian besar berasal dari impor,” paparnya,

Rentetan peristiwa yang menandai fluktuasi harga komoditas pangan, terutama yang termasuk pada komoditas pokok dan ketersediaannya dipenuhi lewat impor, idealnya sudah bisa dijadikan parameter dalam mengambil kebijakan.

Data produksi pangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi sangat penting dalam menentukan kebijakan. Proses panjang importasi juga perlu diingat sehingga waktu masuknya komoditas pangan impor tidak merugikan petani.

Kenaikan harga pangan di tingkat internasional juga berpengaruh pada harga dalam negeri. Bila ketersediaan stok sudah tidak mencukupi dan harga-harga sudah mulai naik, mempertimbangkan stok negara di luar negeri atau impor dapat menjadi jalan untuk menyediakan komoditas pangan bermutu dan dengan harga yang terjangkau.


Exit mobile version