BANDUNG—-Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Demikian kata ungkapan yang tak pernah usang. Gingin Ginagan Harahap membuktikan hal itu, ketika ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya pada 2016.
Jalan itu, dia temukan pada Hari Raya Idul Fitri tahun itu, ketika Gin ingin memberikan suguhan yang berbeda buat tamunya berupa cilok yang ia buat sendiri.
“Ternyata banyak saudara saya bilang bahwa cilok buatan saya enak, seperti waktu jajan waktu SD. Dari situ otak dagang saya muncul, mencoba usaha cilok,” ujar pria kelahiran Bandung, 18 April 1977 kepada Peluang. Rabu (3/10/018).
Dengan modal awal Rp100 ribu, Gingin mampu memproduksi cilok kemasan seberat 2 kilogram dengan pasar pertama kalangan keluarga sendiri. Cilok dengan brand Neng Jenong yang diproduksi Gin mampu bertahan selama 7 hari di suhu ruangan, 7 hari di kulkas dan sebulan dalam freezer.
“Kami pernah kirim ke Taiwan dan diikutsertakan dalam Tokyo Halal Festival 2017. Alhamdullilah aman, “ ujar alumni Teknik Informatika, sebuah universitas swasta di Kota Bandung ini.
Gin menyadari bahwa kompetitior cilok begitu ketat. Untuk itu ia membuat bumbu dan cita rasa sendiri. Dengan produksi 10 kilogram per hari,Ia memasarkan produk dengan memanfaatkan media sosial. Produknya selain di jawa Barat juga menembus DKI Jakarta dan Banten.
“Omzet tertinggi yang kami raih pernah mencapai Rp12 juta per bulan. Harga produk kami per boks rp20 ribu,” ujar Gingin lagi.
Ke depanya Gingin berencana memperluas wilayah pemasaran cilok tanpa pengawet yang ia buat. Tentu masih banyak yang harus diperbaiki, seperti keamanan pengiriman barang, meningkat varian rasa dan kemasan.
Produk cilok Neng Jenong-Foto: Dokumentasi Pribadi.Saat ini Cilok Neng Jenong dijual tiga varian rasa, bumbu kacang, kuah rempah pedas dan cilok kuah (Irvan Sjafari).