YOGYAKARTA-—Sejak lulus kuliah pada 2001, Cicilia Pujiastuti bersama adiknya kerap membuat kue kering, seperti kastengel, lidah kucing dan nastar pada momen tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Natal, memenuhi pesanan teman-teman sekantor kakaknya.
Setelah bekerja, perempuan yang karib dipanggil Cile ini memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha, namun sesekali kalau ada teman yang minta dibuatkan.
“Baru pada Mei 2017, saya memutuskan mengundurkan diri jadi karyawan dan memulai wirausaha. Saya sudah jadi orangtua tunggal, di satu sisi harus punya waktu mendampingi anak tetapi juga membutuhkan penghasilan, ” kata Cile melalui WhatsApp, Jumat (19/6/20).
Cile melanjutkan memproduksi kue kering dan kue basah, seperti cake, brownies, pudding, makroni schotel dan sebagainya dengan modal hanya Rp300 ribu, tanpa asisten yang membantu.
Kemudian dia membuat nasi mentai, yang merupakan masakan Jepang tetapi disesuaikan dengan lidah orang Yogyakarta. Pasalnya, tidak semua orang suka dengan cita rasa Jepang.
“Ada variasi seperti nasi salmon mentai dan Indomie Mentai dengan harga berkisar Rp20 ribu hingga Rp40 ribu,” ujar Cile, seraya mengatakan pemasaran dilakukan dengan menggunakan media sosial.
Dengan brand H4ppy Kitchen, Cile membatasi pemesanan 20 boks per hari. Karena keterbatasan tenaga kerja. Dia sempat menerima hingga 40 boks, namun konsekuensinya dia tidak punya waktu istirahat dan kehilangan waktu mendampingi anaknya. Apalagi saat ini mereka belajar secara daring hingga membutuhkan pendampingan.
Namun ia bisa meraup omzet sekitar Rp10 juta per bulan.
Cile mengungkapkan, menu Indomie Goreng Mentai juga berkat kontribusi anaknya. Begitu juga dengan Spagethhi Mentai.
“Saya juga punya kreasi baru untuk kue kering, seperti Putri Salju Red Velvet dan Nastar Nutella. Ke depan saya ingin punya warung dan menggalang kerja sama dengan GoFood & GrabFood,” pungkas Cile.
Menjalankan bisnis kuliner harus selalu berkreasi mengikuti trending agar konsumen tidak jenuh (Irvan Sjafari).