hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Cetak Petani Milenial Lewat Pendidikan Pertanian Berbasis Teknologi

JAKARTA—Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi menyampaikan Kementan menarget mencetak 2,5 juta petani milenial pada 2024.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai target tersebut. Di antaranya menggandeng Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA). Yang paling teranyar, ungkap Dedi pihaknya menggelar pelatihan untuk dua ribu petani milenial se-Indonesia. Setelah melalui pelatihan, mereka akan difasilitasi untuk langsung terjun ke sektor pertanian.

Dedi meminta ribuan petani milenial itu menebar resonansi di daerahnya masing-masing.  Seandainya satu orang petani milenial mampu menarik 200 orang pemuda di daerahnya, maka target 2,5 juta petani milenial pada  2024 akan tercapai.

“Kami akan membangun pertanian modern atau smart farming dengan dukungan teknologi dan internet of things (IoT),” ujar Dedi dalam Talk Show Kostratani “Ngobrol Asyik on the Spot,” Rabu (1/9/21).

Dia juga mencontohkan  akan menggunakan alat drone untuk menabur benih, menyemprot pestisida dan sebagainya, serta pertanian dengan pola green house.

Petani milenial terbukti mampu menguasai sektor pertanian dari hulu hingga hilir. Bahkan, mereka berhasil memoderenisasi sektor pertanian semakin maju, mandiri dan modern.

Beberapa petani milenial binaan BPPSDMP Kementan mampu menunjukkan dedikasi mereka dalam memajukan sektor pertanian Indonesia.

Ke depannya, para petani milenial itu akan mendapat pelatihan wirausaha dan tematik, selain daripada difasilitasi akses untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian.

“Kita akan  menggandeng  dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten untuk semakin memperkuat langkah mencetak 2,5 juta petani milenial,” demikian Dedi.

Pada kesempatan yang saa, tampil seorang anak milenial bernama Fatoni Saputra yang baru saja mendirikan Sekolah Tani Indonesia.

“Sekolah Tani Indonesia adalah sebuah ikhtiar pengentasan kemiskinan dan pengangguran di pedesaan dengan memberdayakan masyarakat dengan mempertemukan pemilik modal, petani dan peternak dan pasar,” kata alumni Teknlogi Industri Benih, Sekolah Vokasi IPB ini

“Sekolah Tani Indonesia adalah sebuah lembaga yang memadukan antara pendidikan dengan pemberdayaan masyarakat, khususnya bidang pertanian dan agama,” katanya.

Dia mengungkapkan penyebab sektor pertanian di Indonesia cukup tertinggal karena pola pikir masyarakat yang keliru, terutama kaum terdidik mengenai pekerjaan di bidang pertanian. Selain itu, kapasitas produksi pertanian kurang diimbangi dengan usaha pemberdayaan bagi petani.

Fatoni berharap  dengan adanya sekolah ini dapat meningkatkan keterampilan masyarakat desa, terutama di bidang pertanian. Dengan demikian bisa membuat petani mandiri dan sejahtera, serta menumbuhkan kembali semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

“Kami membuat program pelatihan budi daya pertanian organik di masyarakat pedesaan pelosok dan menciptakan jaringan pemasaran produk,” katanya.

Sebagai catatan Sekolah Tani Indonesia sebagai Agro Edu Farming kini didirikan  di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Selain itu  Sekolah Tani Indonesia itu diimplementasikan di Desa Madura, Kecamatan Wanreja. Di atas areal lahan pertanian yang cukup luas, anak-anak muda diberikan kesempatan untuk mengolah sejumlah komoditas. Kementan sendiri mendukung penuh Sekolah Tani Indonesia ini.  

pasang iklan di sini