
Peluang News, Jakarta – Presiden Direktur Koperasi BMI Group, Kamaruddin Batubara atau akrab disapa Kambara, membagikan tujuh pelajaran penting dari lawatannya ke Tiongkok pada 15–21 Oktober 2025.
Dalam perjalanan ke Chongqing dan Shenzhen atas undangan perusahaan teknologi Vivo, Kambara menyaksikan langsung bagaimana bangsa dengan lebih dari 1,4 miliar jiwa itu berhasil membangun kemandirian ekonomi dan teknologi secara luar biasa.
Menurut Kambara, ada tujuh kunci utama yang membuat China menjadi bangsa kuat dan mandiri, yang juga dapat menjadi inspirasi bagi gerakan koperasi di Indonesia.
1. Fokus pada Produksi dan Kemandirian
China, kata Kambara, tumbuh menjadi negara kuat karena berorientasi pada produksi barang dan teknologi yang dibutuhkan rakyatnya sendiri.
“Negara China bekerja, memproduksi, dan memastikan negeri mereka tidak bergantung pada bangsa lain,” ujarnya.
Dulu, ada ratusan merek mobil listrik dan perangkat elektronik di pasar domestik. Kini, hanya puluhan yang bertahan, tetapi banyak di antaranya merajai pasar dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, Google Maps tidak efektif digunakan di China karena negeri itu telah mengembangkan sistem peta digitalnya sendiri.
“Itulah bukti bahwa mereka fokus pada produksi dan kemandirian, bukan sekadar wacana,” tambahnya.
2. Sektor Strategis Dikuasai Negara
Bagi China, bisnis yang menyangkut hajat hidup orang banyak—seperti energi, pangan, dan teknologi—tidak boleh dikuasai penuh oleh swasta. “Negara hadir untuk menjamin kepentingan rakyat, bukan hanya keuntungan korporasi,” tegas Kambara.
3. Nol Toleransi terhadap Korupsi
Kambara juga menyoroti disiplin tinggi dan integritas pemerintah China. “Tidak ada toleransi bagi koruptor. Kejujuran adalah harga mati,” ujarnya. Menurutnya, kepercayaan rakyat kepada pemerintah tumbuh karena penegakan hukum yang konsisten.
4. Cinta Produk Lokal
Rakyat China bangga menggunakan produk buatan bangsanya sendiri. “Cinta terhadap produk lokal bukan sekadar slogan, tapi budaya yang hidup,” kata Kambara. Kebanggaan ini menjadi fondasi kuat bagi ekonomi nasional mereka.
5. Optimalisasi Pasar Domestik
Dengan populasi besar, China menggerakkan ekonominya dari dalam negeri. Produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan nasional terlebih dahulu sebelum diekspor. Strategi ini menjadikan pasar domestik sebagai tulang punggung pertumbuhan.
6. Subsidi untuk Produsen, Bukan Konsumen
China memberi subsidi kepada produsen agar harga produk tetap terjangkau bagi rakyat tanpa mematikan sektor produksi. “Kebijakan ini menyehatkan ekonomi riil dan menjaga daya beli rakyat,” ujar Kambara.
7. Kerja Lebih Utama daripada Diskusi
Terakhir, Kambara menilai budaya kerja di China sangat efisien. “Diskusi panjang dianggap menghambat kerja. Bagi mereka, yang penting adalah hasil dan kemajuan,” ungkapnya.
Inspirasi bagi Gerakan Koperasi Indonesia
Kambara menegaskan, semangat kemandirian, kejujuran, dan kerja keras bangsa China harus menjadi cermin bagi koperasi di Indonesia.
“Koperasi juga harus belajar untuk mandiri, produktif, dan berpihak pada anggota sebagai pemilik sejati. Jangan banyak bicara, tapi banyak bekerja,” pesannya.
Melalui catatan ini, ia berharap seluruh anggota dan karyawan Koperasi BMI Group dapat meneladani semangat China dalam membangun bangsa: bahwa kemajuan bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari disiplin, kesungguhan, dan keberpihakan kepada rakyat. (Aji)