Peluangnews, Jakarta – Perpolitikan Indonesia usai Gibran RakabumingGibran Rakabuming Raka penuhi syarat cawapres (calon wakil presiden) pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, tidak cukup hanya menelungkup di bawah bayang-bayang Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo, tapi perlu belajar seperti falsafah goresan kuas kaligrafi mandarin atau shufa. Proses pembelajaran dengan metode belajar Shufa atau seni kaligrafi mandarin, nasehat orang-orang kuno.
“Ketika menggores kuas, tidak bisa melebihi Tian (Tuhan, langit), garisnya (goresan) di atas. Kalau garisnya ke bawah, menjadi setan (yao). Semua harus dimulai dari belajar menulis (goresan) huruf Xin (hati). Kalau saat menggores, (kuas) sempat berhenti, berarti yang bersangkutan tidak mau belajar. Itu filosofi kepemimpinan yang harus diterapkan para capres, cawapres,” ujar dosen dan ahli psikologi timur, Jusuf Sutanto mengatakan kepada redaksi, Jumat (27/10/2023).
Baca juga : Galang Dana dengan Kaligrafi Tionghoa dan Berbagai Media(Buka di tab peramban baru)
Seni memimpin Timur dalam membangun dunia, dimulai dari membina diri sendiri. Dunia barat mulai dari upaya mendapatkan legitimasi melalui pemilihan umum (Pemilu). Keduanya, Timur dan Barat mempunyai unsur Yin – Yang. Sehingga substansinya bukan memilih ini atau itu, tapi menemukan pemimpin yang sudah mendapat pencerahan.
“Yang berhasil maju (pada Pemilu), harus menjadi orang terdepan, memberi contoh untuk mau belajar. Cepat atau lambat, kalau tidak mau belajar, pasti jatuh. karena medsos (social media) sudah massif, semua orang bisa bikin berita, sebar hoaks. Psikologi barat terpusat pada pribadi sehingga ada HAM (hak asasi manusia), IQ (Intelligence Quotient). Kalau Timur, seperti Tiongkok, kesetaraan. saya dan masyarakat, sama saja (strata social). Sehingga pemimpin mau belajar juga untuk masyarakat, tidak bisa melulu untuk diri sendiri,” ungkap penulis buku-buku kearifan timur.
Upaya perbaikan dan berkeadilan harus dimulai dari diri sendiri. Hal tersebut bukannya tidak mungkin, asalkan ada kemauan. Kalau menyuruh orang lain agar tatanan masyarakat berubah tapi pemimpinnya tidak mau mulai dari diri sendiri, siapa yang mau ikut?. Akhirnya waktu, tenaga, uang menjadi percuma hanya untuk mencari pemimpin dengan mengandalkan hasil survey.
Baca juga : MK Diminta Kabulkan Gugatan Batasan Usia Capres-Cawapres
“Huruf (kaligrafi) Xin atau hati, maknanya agar semua orang tidak menyesal di kemudian hari. Kalau Xin yang benar, (goresan) kuas seperti loncat pada hati, setelah itu baru berhenti. Ibaratnya (goresan kuas kaligrafi) terkunci. Maknanya, semua calon pemimpin bertanding (pada Pilpres 2024) dengan hati, dan ‘terkunci’ tidak sekedar, ibaratnya rebutan warisan,” kata penulis buku Perintis Tai Chi. (alb)