Meski menjadi kampiun ekonomi internet di regional, namun baru 10 juta UMKM lokal dari 60 juta pelaku yang memanfaatkan layanan internet sebagi sarana penjualan.
Dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan, dalam urusan internet tidak ada yang bisa mengalahkan Indonesia. Ini merujuk laporan Google, Temasek, dan Bain & Company yang melaporkan negeri dengan julukan gemah ripah loh jinawi ini memiliki nilai ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara selama 2019 mencapai USD40 miliar. Ekonomi internet dalam laporan itu meliputi e-commerce, online travel, online media, dan ride hailing (trasnportasi online).
Setelah Indonesia, tempat kedua diduduki Thailand dengan nilai ekonomi internet sebesar USD16 miliar, Singapura dan Vietnam USD12 miliar, Malaysia dan Filipina masing-masing sebesar USD11 miliar dan USD7 miliar.
Laporan riset itu juga menyebut total nilai ekonomi internet di ASEAN sebesar USD100 miliar pada 2019. Riset juga memprediksi bahwa pada 2025 nilainya bakal mencapai USD300 miliar. Dalam lima tahun ke depan, riset memperkirakan adanya pertumbuhan 21% untuk sektor e-commerce Indonesia serta 28% untuk transportasi online dan pengantaran makanan.
Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf mengatakan segmen bisnis e-commerce merupakan porsi terbesar dalam ekonomi digital tanah air saat ini sebesar USD32 miliar, dengan pertumbuhan 54% dibandingkan tahun lalu. “Pertumbuhan e-commerce di Indonesia juga tercermin dari peningkatan lima kali lipat jumlah supplier lokal yang berjualan online karena pandemi,” ungkap Randy saat paparan virtual beberapa waktu lalu.
Media online juga menunjukkan pertumbuhan positif sejauh ini pada 2020, dengan nilai USD 4,4 miliar atau naik 24% dari USD3,5 miliar pada 2019. Sektor ini diperkirakan akan terus bertumbuh sebesar 18% menjadi USD10 miliar pada 2025.
Sektor perjalanan online turun 68% menjadi USD3 miliar pada 2020, dari USD10 miliar pada 2019, walau diperkirakan akan bertumbuh dengan CAGR 36% dan mencapai USD15 miliar pada 2025. Pengantaran makanan dan transportasi juga turun 18% menjadi USD5 miliar, dari USD6 miliar pada 2019.
Pada 2020, lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara mulai menggunakan layanan online baru karena COVID-19. Di Indonesia, 37% konsumen digital menggunakan layanan baru karena wabah.
Lebih dari setengah konsumen digital baru di tanah air (56%) berasal dari daerah non perkotaan dan 93% dari mereka berkata akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi berakhir. Di samping itu, waktu online rata-rata per hari selama pandemi untuk tujuan pribadi tercatat meningkat, dari 3,6 jam sebelum pandemi menjadi 4,7 jam selama PSBB dan kemudian 4,3 jam setelah PSBB.
Indonesia juga dinilai merupakan pasar ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan dan menjadi medan persaingan utama bagi platform-platform teknologi. Pendanaan pun tetap solid dengan dibukukannya 202 kesepakatan investasi senilai USD2,8 miliar selama paruh pertama 2020, dibandingkan total USD3,2 miliar dari 355 kesepakatan investasi sepanjang 2019.
Meski menjadi pasar terbesar, namun belum banyak UMKM yang menikmati kue ekonomi internet tersebut. Pasalnya, masih sedikit pelaku usaha yang terhubung dengan internet dalam memasarkan produknya. Ini dikatakan Staf Ahli Menteri Bidang Transformasi Digital, Kreativitas dan SDM Kemenko Perekonomian Mira Tabiyya, dalam webinar di Jakarta.
Ia menyatakan awalnya pemerintah menargetkan 2 juta UMKM yang bergabung secara online ke ekosistem online dalam inisiasi Bangsa Buatan Indonesia (BBI). Tetapi ternyata target 2 juta sudah terpenuhi pada September, maka hingga Desember optimisi akan ada 3 juta UMKM online.
Dari sisi target memang terpenuhi. Namun jumlah UMKM yang masuk ekosistem digital masih kecil, baru sekitar 10 juta UMKM dari 60 jutaan UMKM. “Padahal kalau lihat potensi e-commerce kita di kawasan Asia Tenggara sendiri sangat besar. Makanya kami mendorong digitalisasi UMKM ini, karena kita bisa setidaknya merealisasi sebagian potensi ekonomi digital kita, khususnya e-commerce,” jelas Mira.
Oleh karenanya pemerintah mendorong agar pelaku UMKM dapat memanfaatkan momentum ekonomi internet itu. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya menjadi pasar menggiurkan bagi produsen-produsen dari luar negeri, namun bisa menjadi pemain utama dalam percaturan ekonomi internet. Pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi pelaku UMKM yang belum bisa mengakses internet. (Kur).