Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meminta provinsi lain untuk berkaca kepada Provinsi Jawa Barat. Pasalnya sepanjang 2020, provinsi ini menjadi jawara dalam realisasi investasi dengan capaian Rp120,4 triliun. Sementara secara nasional, realisasi nilai investasi di Indonesia mencapai Rp826,2 triliun.

“Saya meminta gubernur lain belajar dari Kang Emil. Apakah karena ada infrastruktur pendukung seperti Pelabuhan Patimban atau apa, sehingga menarik datangnya investor ke Jabar,” ujar dalam acara “Bisnis Indonesia Business Challenges 2021” secara daring.
Menurut Bahlil, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada investasi dan konsumsi. Saat ini investasi memberikan andil sebesar 30 persen sementara konsumsi sebesar 57 persen bagi pertumbuhan ekonomi.
Investasi akan menjadi pintu masuk untuk peningkatan konsumsi yang masif. Jabar menjadi provinsi dengan nilai investasi terbanyak secara nasional telah memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi.
“Jika ada investasi maka akan ada penyerapan tenaga kerja, memberikan penghasilan dan kepastian pendapatan, sehingga konsumsi masyarakat meningkat,” ujar Bahlil.
Saat ini diperlukan peran swasta melalui investasi untuk menyediakan lapangan kerja. Sebab tidak bisa hanya mengandalkan dari lapangan pekerjaan yang disediakan oleh negara, menjadi PNS atau pegawai BUMN.
Investasi pada 2020 telah mencapai target. Dari perubahan target menjadi Rp817,2 triliun, BKPM mendapat Rp826,2 triliun atau 101,1 persen dari target.
Berdasarkan catatan BKPM, pada kuartal I/2020 capaian PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp98 triliun dan PMDN (Dalam Negeri) Rp112,7 triliun. Kuartal II perolehan PMA dan PMDN turun. Asing Rp97,6 triliun dan dalam negeri Rp94,3 triliun. Pada periode selanjutnya saat pemerintah mulai mengurangi pembatasan sosial, realisasi naik. PMA lebih tinggi dari PMDN yaitu Rp106,1 triliun dan Rp102,9 triliun.
Kuartal akhir tahun ketika UU Cipta Kerja disahkan dan kepastian adanya vaksin kembali membuat PMA lebih tinggi dari PMDN. Besaran modal asing Rp111,1 triliun dan dalam negeri Rp103,6 triliun.
Sementara Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan ada sejumlah alasan investor yang membuat mereka tertarik untuk berinvestasi di Jabar.
Menurut pria karib disapa Kang Emil, investor menganggap infrastuktur di Jabar sangat mendukung terhadap rencana investasi, di mana diakui investor, jika infrastruktur Jabar lebih baik dari provinsi lain.
“Pembangunan Patimban itu viral diantara para pengusaha dunia sehingga banyak yang tertarik masuk Jabar. Ada 13 kota industri baru yang menarik bagi investor di kawasan Rebana,” ujarnya, Kamis (28/1/21).
Hal lain adalah tingkat produktivitas pekerja Jabar jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Bahkan pengusaha yang memindahkan perusahaannya ke luar Jabar banyak yang balik lagi.
“Isu upah tidak terlalu menjadi masalah, tetapi produktivitas pekerja lebih penting, ” ungkap Kang Emil.
Kang Emil menegaskan tidak membatasi investor dari negara tertentu saja. Semua bisa datang untuk berinvestasi sehingga tidak akan ada negara atau investor yang paling dominan di Jabar.