hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Burung Puyuh, Primadona Baru Agribisnis

Ilustrasi-Foto: petanitop.blogspot.

JAKARTA—-Suatu hari pada tahun baru 2018, Tri Widodo, 39 tahun  seorang karyawan swasta di Jakarta bertekad merintis usaha agar suatu ketika dia tidak lagi bekerja pada orang, tetapi menjadi wirausaha.

Sebuah tayangan di televisi mengenai budi daya jamur mulanya menjadi pilihannya dan dia pun datang langsung ke sentra budi daya jamur di kawasan Sukabumi, ternyata setelah terjun langsung ke  kawasan itu usaha itu kurang cocok bagi dirinya.

Kemudian alumni Fakultas Teknik, sebuah universitas swasta di Surabaya ini melihat tayangan televise berkaitan dengan peternakan burung puyuh. Lalu dia pun kembali ke Sukabumi untuk belajar pada di Pondok  Wirausaha  Dewin Salam, pimpinan  Slamet Wuryadi, seorang peternak sukses yang dijuluki Raja Puyuh Indonesia.  Tidak tanggung-tanggung untuk bisa memahami seluk beluk beternak burung puyuh, Widodo tinggal selama lima hari.

Beberapa bulan kemudian Widodo merintis peternakan burung puyuh di kawasan Rawabebek, Jakarta Timur.  Dengan modal Rp100 juta untuk membuat kandang, hingga bibit burung puyuh dan didapati 1000 ekor.  Burung buyuh yang menjadi modalnya umurnya 30 hari dan 10 hari kemudian sudah menetas.

“Sejak 10 hari itu saya memanen 650 hingga 800 telur buyuh per hari.  Pasar saya adalah pedagang bubur, warung tegal hingga dijual ke pasar. Setiap butir dijual berkisar Rp300 hingga Rp350 per butir,” ujar Widodo kepada Peluang, Kamis (8/11/2018).

Saat ini Warga Kelapa Gading Jakarta tersebut sudah mampu menetaskan telur untuk menjadi burung puyuh petelur.  Sebagian yang burung puyuh jantan dijadikan daging.

“Saya baru merintis dan belum dapat margin memuaskan.  Saat ini jumlah burung puyuh saya mencapai 1500 ekor, diperkirakan kalau jumlahnya 2000 ekor baru dapat margin,” lanjut dia lagi.

Raja Puyuh Indonesia Slamet Wuryadi menjanjikan bahwa beternak burung puyuh memiliki prospek yang cerah. Menurut dia  hewan ini boleh dibilang unggasasli Indonesia.  Dia sendiri mempunyai peternakan di Cikembar, Sukabumi.

Alumni Institut Pertanian Bogor ini membentuk kelompok tani pada 2002 agar budi daya burung puyuh diperluas.  Dia pun membangun PT Slamet Quail Farm, yang kini tumbuh menjadi salah satu peternakan puyuh terbesar di Indonesia.

Slamet  sudah  merumuskan  SOP (standard operating procedure) untuk memelihara puyuh secara efisien. Sebuah temuan yang ia patenkan. Tapi ia berikan gratis SOP itu pada siapa pun yang belajar ternak puyuh padanya.

Kelompok yang digagasnya itu mampu mengembangkan berbagai olahan berbasis daging maupun telur puyuh,seperti  bakso puyuh, telur puyuh asin, abon puyuh, hingga ‘steak’ puyuh.

“Siapa saja dapat beternak puyuh, dan tidak harus pengusaha besar. Telur puyuh adalah sumber gizi yang murah meriah bagi masyarakatIndonesia perlu lebih banyak lagi peternak puyuh.,” ujar dia seperti dikutip Agronet.(Irvan Sjafari).

pasang iklan di sini