TEGAL-–Badan Karantina Pertanian Provinsi Jawa Tengah mencatat ekspor bunga melati selama satu semester sebelum pandemi Covid-19 bisa mencapai angka Rp200,55 miliar. Sementara Kabupaten Tegal mampu menghasilkan 3.201 ton melati per bulan. Dari jumlah tersebut, 110 ton diekspor ke negara-negara Asean.
Potensi itu membuat Petrokimian Gresik menggeliatkan ekspor bunga melati di kabupaten yang menjad tanaman florikultura. Negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand membutuhkan melati kebutuhan sembahyang atau campuran dalam minuman karena memiliki aroma yang baik untuk penyegar.
Dirut Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo menuturkan, demplot tanaman bunga melati ini untuk menggeliatkan kembali ekspor bunga melati khususnya di Kabupaten Tegal yang menjadi sentra tanaman florikultura.
“Kami menggelar panen bunga melati di lahan demplot seluas 150 hektare di Desa Maribaya, Kecamatan Kramat, Tegal. Dimana, sebelumnya terganggu akibat pandemi Covid-19 pada 2020,” tuturnya, Senin (22/3/21).
Melalui ekspor ini, kata Dwi Satriyo Annurogo, akan menambah devisa negara serta meningkatkan kesejahteraan petani yang sempat terganggu adanya virus corona.
Dia menambahkan, budi daya melati sebagai ceruk pasar yang sangat potensial untuk digarap. Karena itu, Petrokimia Gresik memiliki produk inovatif yang dapat meningkatkan produktivitas budidaya melati, yaitu NPK Phonska Plus.
“Ini juga menjadi komitmen kami sebagai perusahaan solusi agroindustri serta upaya menjadi market leader dan dominant player,” ujar Dwi Satriyo.
Demplot yang tersebar di tanah air juga bertujuan sebagai pengujian tanah. Setelah itu, petugas agronomis memberikan rekomendasi pemupukan yang berimbang dan presisi kepada petani.
Sebagai komitmen menjaga ketahanan pangan nasional kami juga melakukan blusukan dan menyapa petani untuk menjaring aspirasi petani di Kabupaten Tegal.
“Selain itu juga mengecek distributor dan kios untuk memastikan ketersediaan pupuk petani tercukupi, baik subsidi maupun komersial,” pungkasnya.