
PeluangNews, Jakarta — Emiten eksportir batubara termal PT Bumi Resources Tbk (IDX: BUMI), berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan pada triwulan III 2025 sebesar 11,9% menjadi US$1,04 miliar dari US$926,9 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Pada periode tersebut, beban pokok pendapatan meningkat lebih moderat sebesar 5,1% menjadi US$876 juta, sehingga laba kotor melonjak 72,3% menjadi US$161,3 juta.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), efisiensi biaya mendorong lonjakan laba usaha sebesar 231,9% menjadi US$84,4 juta, dengan margin usaha meningkat menjadi 8,1% dari 2,7% tahun sebelumnya.
Namun, laba bersih mengalami penurunan 56% menjadi US$60,1 juta, seiring penurunan kontribusi entitas asosiasi dan tekanan dari fluktuasi harga komoditas. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar US$29,4 juta, turun 76,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$122,9 juta.
“Meski menghadapi pasar yang menantang dan harga batubara yang menurun, Perseroan berhasil mempertahankan profitabilitas operasional yang positif melalui disiplin biaya dan efisiensi berkelanjutan,” ujar Head of Corporate Communications PT Bumi Resources Tbk. Ricco Surya.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, produksi batubara mencapai 54,9 juta ton, turun 4% dari tahun sebelumnya, sementara penjualan turun 2% menjadi 54,5 juta ton. Penurunan tersebut sejalan dengan harga rata-rata Free on Board (FOB) yang turun 18% menjadi US$60,4 per ton.
Volume lapisan penutup (overburden) yang dihilangkan tercatat 445,8 juta bcm, turun 11%, dengan rasio kupasan tanah membaik menjadi 8,1 kali dari 8,7 kali pada 2024. Persediaan batubara pada akhir September 2025 tercatat 2,6 juta ton, lebih rendah dibandingkan 3,6 juta ton tahun sebelumnya.
Ricco Surya menjelaskan kinerja tersebut menunjukkan efektivitas pengelolaan operasional dan strategi efisiensi biaya yang konsisten di tengah volatilitas pasar global.
Hingga akhir 2025, Bumi Resources menargetkan volume penjualan 73–75 juta ton, dengan harga jual rata-rata US$59–61 per ton, serta biaya tunai produksi sekitar US$41–43 per ton. Manajemen menyatakan fokus utama tahun ini adalah menjaga efisiensi, memperkuat ketahanan rantai pasok, dan memperluas diversifikasi ke sektor mineral penting untuk memperkuat portofolio usaha jangka panjang.







