INI catatan ringan terbuang sayang. Ramadhan 1440 H sudah lewat, memang. Idul Fitri pun telah berlalu. Pasalnya, kini lagi marak-maraknya halal bihalal. Populer ditulis HBH. Catatan itu tentang buka bersama. Jum’at pamungkas di pengujung bulan puasa. Dia menjadi ringan karena fatsal makan bersama sangatlah biasa. Di kantor, kami kerap melakukannya. Khususnya ketika makan siang.
Bukber kru komplet Majalah PELUANG bertempat di Kalibata Mall. Di sebuah area pas-pasan dengan menu Pizza Hut. Digelar di penghujung Ramadhan, 10 hari terakhir, rada bersentuhan dengan momen Malam Qadar. Fase yangi disebut ‘itqun minannar atau pembebasan dari api neraka; setelah fase turunnya rahmat (10 hari pertama) dan fase pertengahan yang penuh dengan maghfirah dari Allah SWT.
Kok memilih pizza? Kenapa bukan menu yang bercitarasa Melayu atawa Indonesiawiyah? Agaknya, selain sekadar bertukar suasana, rerata tempat bersantap sore itu telah full booked. Jadilah kami berbuka puasa di sana. Menu Italiano itu ‘dikombinasikan’ dengan patron Melayu—ada nasinya. Kombinasi semacam itu merupakan perselingkuhan taste yang ‘aneh’, menurut teman yang rada ahli kuliner.
Lepas dari soal itu, saat ini, waralaba makanan internasional ini merupakan restoran piza berantai terbesar di dunia. Mereka punya hampir 12.000 restoran dan kios pengantaran-ambil ke luar di lebih dari 86 negara. Didirikan oleh duet Dan Carney dan Frank Carney, 15 Juni 1958, Wichita, Kansas, Amerika. Kantor pusatnya di Plano, Texas, Amerika.
Seberapa enak? Soal selera sangatlah subyektif. Bagi lidah yang terbiasa berselancar mencicipi menu-menu asing, berbuka puasa dengan pizza tentu saja no problemo. Terlebih jika pertanyaan ini diajukan kepada Valentino Rossi. Dengan fasih bakalan dijawabnya dalam bahasa Indonesia, “Enak banget bro” (berkat kursus kilat yang dimentori komedian Komeng, pria bernama asli Alfiansyah).
Usai santap bergegas nyari tempat shalat Maghrib di lantai III. Apa mau dikata, antrean di dalam dan di luar mushala kecil itu padat merayap. Bisa-bisa nabrak waktu Isya jika tetep ngeyel mau shalat di sana. Ada pilihan lain di lantai bawah yang kondisinya bener-bener ala kadar. Lantaran kepepet, apa boleh buat. Toh yang penting kita tak kehilangan shalat fardhu yang rentang waktunya begitu pendek.
Kumpul-kumpul silaturahim internal itu jadi hari ngantor terakhir. Sebab, Sabtu biasanya kami libur (kecuali tim Redaksi, jika dihadang deadline penerbitan). Senin hingga sepekan ke depan Libur Bersama Nasional. Waktu yang lumayan leluasa buat kru yang pulang kampung, asal legowo membayar tiket udara/darat yang membubung selangit. Aktivitas kantor pun baru berdenyut kembali sejak 10 Juni.
Dan Halal Bihalal? Dalam pekan ini hingga dua pekan ke depan tersedia begitu banyak acara yang bisa diikuti, asal mau. Sebutlah itu dari komunitas SMA, kampus: fakultas, prodi; organisasi ekstra kampus; paguyuban kampung seasal, mantan-mantan teman sekantor di masa lampau. Dan itu patut dihayati sebagai selingan yang elok di tengah rutinitas job kita.●(Red)