hayed consulting
hayed consulting
lpdb koperasi
Berita  

BRIN Kembangkan Teknologi Drone Lewat Uji Terbang Empat Pesawat Tanpa Awak

Foto: Dok. BRIN

PeluangNews, Jakarta – Pengembangan teknologi penerbangan nasional terus dilakukan melalui serangkaian pengujian untuk memastikan kesiapan dan keandalan wahana udara tanpa awak. Uji terbang menjadi tahapan penting dalam menilai performa, sistem kendali, serta karakteristik terbang sebelum teknologi tersebut diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan strategis.

Dalam upaya tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Penerbangan melaksanakan uji terbang terhadap empat pesawat tanpa awak di Lanud Rumpin, Kabupaten Bogor beberapa waktu lalu, dengan tujuan menguji performa terbang serta keandalan sistem pada masing-masing wahana.

Salah satu pesawat yang diuji adalah LSU 02 VTOL, yakni pesawat tanpa awak yang memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal tanpa memerlukan landasan panjang. Dalam pengujian tersebut, LSU 02 VTOL terbang pada ketinggian sekitar 300 kaki dengan kecepatan 53 knot selama kurang lebih delapan menit.

“Hasil uji terbang menunjukkan bahwa performa terbang dan sistem VTOL pesawat berfungsi sesuai harapan. Pesawat ini dirancang untuk mendukung misi pengawasan wilayah dan pemetaan area,” ungkap Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Danartomo Kusumoaji.

Selain itu, pesawat tanpa awak Alap-Alap juga menjalani uji terbang yang difokuskan pada optimalisasi sistem autopilot. Pesawat ini terbang pada ketinggian 800 kaki dengan kecepatan 50 knot selama 30 menit, dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem autopilot dapat berfungsi dengan baik.

Pengujian lainnya dilakukan terhadap pesawat Kresna yang difokuskan untuk mengevaluasi sistem telemetri, yakni sistem pengiriman data penerbangan secara real time ke stasiun kendali di darat. Dalam uji terbang tersebut, Kresna terbang selama 10 menit pada ketinggian 300 kaki dengan kecepatan sekitar 50 knot.

BRIN juga melakukan uji terbang pesawat Skywalker untuk mengidentifikasi karakteristik aerodinamika, seperti kestabilan dan respons pesawat selama penerbangan. Data yang diperoleh dari pengujian ini akan dimanfaatkan sebagai dasar penyempurnaan desain dan peningkatan performa pesawat di tahap pengembangan berikutnya.

Lebih lanjut, Danartomo menjelaskan bahwa pesawat tanpa awak LSU-02 VTOL dan Alap-Alap sepenuhnya dikembangkan oleh para periset BRIN, mulai dari desain hingga teknologi Flight Control Computer (FCC). Sementara itu, pesawat tanpa awak Skywalker dan Kresna menggunakan desain pesawat yang telah ada, dengan pengembangan riset dan pengujiannya tetap dilakukan oleh periset di Pusat Riset Teknologi Penerbangan.

“Nah jadi ceritanya memang untuk yang Krishna itu memang kita mencontoh dari pesawat Cessna ya, yang sebenarnya desainnya juga sudah ada. Memang pesawatnya bukan didesain sendiri oleh teman-teman PRTP. Karena memang untuk menguji FCC, jadi harus dengan pesawat yang memang sudah benar-benar bagus. Sedangkan untuk Skywalker ini kan kita mau melihat identifikasi parameter aerodinamikanya. Nah itu juga memakai pesawat yang sudah ada,” terangnya.

Danartomo menegaskan bahwa rangkaian uji terbang tersebut merupakan tahapan krusial dalam pengembangan pesawat tanpa awak nasional. Melalui hasil pengujian ini, BRIN berharap dapat memperkuat pengembangan teknologi drone dalam negeri untuk mendukung berbagai kebutuhan, seperti pemetaan dan pengawasan wilayah.

“Melalui uji terbang ini, kami dapat mengevaluasi performa pesawat sekaligus memastikan seluruh sistem bekerja secara aman dan stabil,” pungkasnya.

pasang iklan di sini
octa vaganza