hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

BRIN Kembangkan Pertanian Cerdas Berbasis AI dan Fotonika

 

PeluangNews. Jakarta – Kemajuan teknologi kini semakin berperan penting dalam membentuk wajah baru sektor pertanian Indonesia. Melalui riset dan inovasi, penerapan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi fotonika diyakini mampu mempercepat transformasi menuju sistem pertanian modern yang efisien, produktif, dan berkelanjutan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi salah satu lembaga yang mendorong lahirnya pertanian cerdas melalui pemanfaatan teknologi mutakhir tersebut. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Fotonika BRIN, Sensus Wijonarko, menjelaskan bahwa konsep pertanian cerdas mencakup sistem yang menggabungkan sensor, internet of things (IoT), AI, big data, otomatisasi, dan blockchain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.

“Pertanian presisi adalah bagian dari pertanian cerdas yang memanfaatkan data dan teknologi untuk manajemen lahan, air, serta nutrisi tanaman secara optimal,” katanya.

Ia menambahkan, teknologi fotonika memiliki peran penting dalam mendukung inovasi pertanian modern. “Jika elektronika bekerja dengan elektron, maka fotonika bekerja dengan cahaya,” jelasnya.

Teknologi berbasis cahaya ini diterapkan dalam sistem kendali perendaman lada, pengukuran kekerasan biji, hingga deteksi visual seperti laser distance measurement (LDM). Tim BRIN juga mengembangkan teknologi fotonika untuk mengukur kecerahan kapulaga dan mendeteksi kandungan racun pada kentang. Pendekatan ini diyakini mampu meningkatkan efisiensi serta keamanan pangan.

Peneliti Ahli Utama lainnya, Purwowibowo, menyoroti penerapan mikrokontroler sebagai otak pengendali dalam sistem smart farming. Teknologi ini menghubungkan sensor dengan perangkat pengatur, memproses data secara real-time, dan mengendalikan pompa atau katup air sesuai kebutuhan tanaman.

“Dengan sistem ini, irigasi dan pemupukan bisa diatur otomatis berdasarkan kebutuhan aktual tanaman. Teknologi ini menjawab tantangan keterbatasan tenaga kerja dan ketidakpastian iklim,” ujarnya.

BRIN telah menerapkan sistem tersebut di berbagai lokasi, seperti Cikajang (Garut) dan Jeneponto (Sulawesi Selatan). Melalui jaringan LoRa dan GSM, petani dapat memantau kondisi lahan dan mengatur penyiraman melalui ponsel. “Hasil riset menunjukkan efisiensi waktu, tenaga, serta penghematan air secara signifikan,” tambahnya.

Selain itu, pengembangan juga dilakukan di greenhouse melalui sistem pencahayaan buatan (grow light) berbasis fotonika. “Cahaya biru meningkatkan kehijauan daun, sementara cahaya merah mempercepat pertumbuhan batang dan pembentukan buah. Kombinasi keduanya meningkatkan produktivitas tanaman cabai secara signifikan,” jelas Purwowibowo.

Ia menyebut, perpaduan antara mikrokontroler dan fotonika menciptakan sistem pertanian yang adaptif dan ramah lingkungan. “Fotonika dan kecerdasan buatan adalah kolaborasi ideal untuk masa depan pertanian Indonesia,” tegasnya.

Sementara itu, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Fotonika BRIN, Edi Kurniawan, menjelaskan bahwa AI berfungsi meniru kemampuan berpikir manusia, mulai dari persepsi, pengambilan keputusan, hingga pembelajaran. “AI adalah payung besar yang menaungi machine learning dan *deep learning, yang memungkinkan komputer mengenali pola dan mengklasifikasikan data dengan akurasi tinggi,” ujarnya.

Salah satu riset BRIN menggunakan deep learning untuk mengklasifikasi sebelas spesies daun mangrove dari Bali, dengan total 5.500 gambar sebagai dataset pelatihan. Riset tersebut menghasilkan publikasi ilmiah, hak cipta, serta dataset terbuka di repositori BRIN.

Penelitian lain memanfaatkan AI untuk mendeteksi enam jenis penyakit padi dari citra daun, memproses lebih dari 2.600 gambar lapangan untuk mengenali lokasi dan jenis penyakit secara tepat. BRIN juga tengah mengembangkan model AI guna mengelompokkan biji kopi berdasarkan standar SCAA dan SNI 01-2907-2008, membantu petani meningkatkan mutu hasil panen.

“AI berpotensi besar mendukung pertanian presisi dari pra-panen hingga pasca-panen. Namun, keberhasilan penerapannya sangat bergantung pada ketersediaan dataset yang representatif,” ujar Edi.

Melalui kolaborasi lintas bidang antara fotonika, mikrokontroler, dan AI, BRIN berupaya membangun sistem pertanian presisi yang mampu menghadapi perubahan iklim sekaligus meningkatkan produktivitas nasional.

“Kami ingin pertanian Indonesia bergerak ke arah yang lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan, tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal,” tandas Sensus.

Foto : Brin

 

pasang iklan di sini