octa vaganza

BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2019 Tidak Sekokoh Tahun Sebelumnya

JAKARTA —-Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 sebesar 5, 02 persen lebih rendah dari capaian 2018 yaitu sebesar 5,17 persen.

Sementara sari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,55 persen.  Pada sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 10,62 persen.

“Memang pertumbuhan ekonomi 2019 merupakan  yang terendah sejak 2015. Namun di tengah perlambatan ekonomi global, capaian itu cukup bagus,” kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (5/2/20).

Lanjut dia capaian industri turun tajam dari 4,27 % menjadi 3,8 %. Padahal kontribusi industri terhadap produk domestik bruto cukup besar.Meskipun melambat, Industri pengolahan masih menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi, karena porsinya besar.

Sejumlah sektor yang mengalami koreksi, yaitu perdagangan dari 4,97% menjadi 4,62%; pertanian dari 3,89% menjadi 3,64%; dan administrasi pemerintahan dari 7% menjadi 4,67%.

Namun yang perlu diwaspadai ialah konsumsi rumah tangga yang hanya berkisar 5,04%. Angka itu melambat dari pertumbuhan konsumsi 2018 sebesar 5,06%.

“Penurunan konsumsi rumah tangga ini merupakan tanda perlambatan daya beli,” ujar Suhariyanto.

BPS juga mengungkapkan perekonomian Indonesia pada  2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15 833,9 triliun dan PDB Perkapita mencapai Rp59,1 Juta atau 4 174,9 dolar AS.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2019 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 59,00 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,32 persen, dan Pulau Kalimantan 8,05 persen.

Exit mobile version