
PeluangNews, Jakarta – Deputi Bidang Neraca dan Analisis Wilayah BPS, Moh. Edy Mahmud, mengungkapkan bahwa pertumbuhan yang signifikan terjadi pada sektor ekspor.
Sedangkan sektor impor belum terpengaruh langsung oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Tarif tambahan dari AS belum diterapkan pada periode yang tercatat dalam rilis triwulan II 2025.
“Seingat saya tarif itu kan belum diberlakukan ya, nanti berlakunya efektif di Agustus. Jadi, mungkin bisa jadi ada penyesuaian-penyesuaian tapi sampai dengan Juni 2025 tarif baru itu memang belum diberlakukan,” ungkap Edy saat konferensi pers mengenai Pertumbuhan Ekonomi triwulan II-2025 pada Selasa (5/8/2025).
Dia menambahkan, beberapa komoditas utama yang mendukung ekspor Indonesia selama triwulan II meliputi minyak kelapa sawit (CPO), besi dan baja termasuk feronikel, batu bara, serta mesin dan peralatan listrik, dan minyak serta gas bumi.
“Selanjutnya besi dan baja, jadi ekspor feronikel kita besi dan baja termasuk kategori ini juga cukup tinggi, bahan bakar mineral terutama batu bara, mesin dan peralatan listrik serta migas,” kata dia.
Kendatipun belum terpengaruh oleh tarif baru dari AS, kinerja ekspor dan impor Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada triwulan II 2025.
Lonjakan ini dinilai sebagai sinyal positif dari meningkatnya aktivitas ekonomi global dan permintaan terhadap komoditas unggulan Indonesia.
“Nah sementara tarif Trump ini baru akan direncanakan berlaku pada 7 Agustus. Jadi, ini kondisi yang tadi saya sampaikan kondisi sampai dengan bulan Juni 2025,” ucapnya.
Dia mengemukakan, komponen ekspor dan impor mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Kenaikan nilai ekspor non-migas serta meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekspor.
“Sementara, pertumbuhan impor didorong oleh kenaikan impor barang modal serta bahan baku penolong baik secara nilai maupun volume,” ujar Edy.
Jika kita melihat sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2025, konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama dengan kontribusi sebesar 2,64% dari total pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,12% pada periode itu.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 mencapai 5,12% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau year on year.
“Semua komponen mengalami pertumbuhan positif, kecuali konsumsi pemerintah,” tuturnya.[]







