SURABAYA—-Sekira delapan tahun yang lalu Sukma Trilaksasi diajak Ibu-iBu Kreatif untuk ikut bazar di Royal Plaza Surabaya. Mereka tetarik atas kreativitas ibu ini membuat boneka adat berbagai etnik Nusantara, termasuk CakNing khas Surabaya (dibuat sepasang) dari sana staf Dinas Perdagangan dan Peindustrian Kota Surabaya tertarik dan meminta dia mengembangkan jadi bisnis.
“Awalnya niat saya hanya untuk memperkenalkan budaya pada anak-anak. Tetapi akhirnya menjadi bisnis,” ujar perempuan kelahiran Blitar 1958 ini.
Kini bisnis warga Rungkut Permai, Surabaya berkembang. Produksi dia yang jadi unggulan Boneka Cak Ning Surabaya jadi ikon dan kerap dibawa Wali Kota Surabaya Tri Rismawati ke luar negeri. Bahkan Sukma diberi kesempatan pameran di tempat bersandarnya kapal pesiar di Surabaya dan membuat produknya diserbu pengunjung.
Selain itu bonekanya kerap dibawa ke luar negeri dan dijadikan oleh BUMN. Boneka karya Sukma sudah masuk ke pasar Korea Selatan, Thailand, Australia, Belanda hingga Amerika Serikat.
“Alhamdullilah variasi produk makin berkembang dan sudah membuat juga pring kayu dengan gambar adat Nusantara. Omzet saya rata-rata Rp25 juta per bulan dengan empat karyawan,” kata Sukma ketika dihubungi Peluang, Jumat (27/12/19).
Produknya tersebar di berbagai gerai di Surabaya Square Tunjungan City (Siola), Surabaya Square Merr, Surabaya Square ITC, Surabaya Square Park n Ride, Surabaya Square Pelindo, Surabaya Square Bandara Juanda.
Mengapa brandnya Dian? Nama bran Dian Collection berasal dari nama anaknya tetapi juga berati menyala terus. Dia ingin bisnisnya menyala terus. Sejumlah penghargaan telah diraihnya, antara lain pada 2014 menjadi peringkat dua Pahlawan Ekonomi Choice of Creative Industry dan disusul peringkat ketiga Lomba Karya Penanggulangan Kemiskinan Pro Poor Award Surabaya pada 2015.
“Ke depan saya ingin membuat Museum Mini Boneka Nusantara. Di Museum ini anak-anak bukan saja mengenal boneka, tetapi juga belajar membuat boneka dan ini belum ada,” ungkap Sukma (Irvan Sjafari).