hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Berita  

Bogor Dulu & Sekarang, Macet Lalu Lintas dan Padat Pendatang

Peluangnews, Jakarta – Ada yang menganggap kampung halaman adalah rumah sejatinya dengan berbagai sensasinya. Ada juga yang enggan pindah dari pulang kampung karena berbagai kenangan.

Seperti apa yang diceritakan Cletus Gunawan atau yang akrab disapa Erick, bahwa kota Bogor ibaratnya ruang dan habitat kehidupannya sejak kecil sampai sekarang. Lalu bagaimana kondisi Bogor dulu dan sekarang menurutnya.

“Pasti berbeda (kondisi Bogor dulu dan sekarang). Terutama setelah ada jalan Tol Jagorawi dibuka (Maret 1978). Lalu, pembangunan proyek perumahan dan infrastruktur di Sentul tahun 1994. Bogor semakin macet dan padat dengan pendatang terutama dari Jakarta,” ujar Putra Daerah Bogor, Erick mengatakan kepada Redaksi, Sabtu (19/8/2023).

Kawasan perumahan di Sentul sampai sekarang sudah mencapai 1000 (seribu) hektar lebih dengan berbagai infrastrukturnya. Dulunya, Sentul, Depok, Rumpin penuh dengan pohon karet. Sehingga di Bogor, berdiri pabrik ban Goodyear Indonesia untuk menampung pasokan karet petani.

“Sampai sekarang, pabrik Goodyear masih berdiri. Saingan sekarang sudah banyak, termasuk Bridgestone, Intirub, Gajah Tunggal,” kata Erick saat ditemui di Doea Tjangkir Café, Bogor.

Rumpin merupakan daerah yang bisa akses ke BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang Selatan (Tangsel) Banten. Bogor dulu dan sekarang juga masih ada berbagai kegiatan pelaksanaan kemiliteran (TNI) dan kepolisian.

Sehingga Bogor relative aman dari berbagai kerusuhan besar, kecuali kriminalitas di pinggir-pinggir jalan. sewaktu kerusuhan Mei berdarah pada Mei 1998, Bogor tidak terimbas. Bogor sebagai penyanggah ibukota dengan banyak instansi militer, kepolisian, termasuk Korem, Kodim, dan lainnya.

“Kerusuhan sangat besar di Jakarta, tapi Bogor tidak kena dampak. Pusat Zeni Angkatan Darat dan Korem, Polisi Militer saling berdekatan,” tutur Erick.

Kondisi sekarang, masyarakat melihat Bogor lebih kepada permasalahan kemacetan. Masalah lalulintas di Bogor, memang perlu system transportasi seperti monorail (kereta di bawah tanah). Limpahan penduduk dari Jakarta, hampir tidak tertampung lagi di Bogor.

“Kalau daya tampung dari Jakarta maksimal, PAD (pendapatan asli daerah) bisa dua kali lipat. Apalagi kalau kendaraan lalu lintas lancar. Tidak mudah, tapi solusi atasi kemacetan lalulintas, hanya dengan monorail (di bawah tanah),” kata Erick. (alb)

pasang iklan di sini