Peluangnews, Jakarta – Presiden Direktur (Presdir) Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara mengajak Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) untuk menggerakkan alumni-alumninya berwakaf. Hal ini dapat mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah, dan memajukan kesejahteraan umum.
Hal tersebut disampaikannya pada saat menjadi narasumber dalam Simposium Nasional “Menguatkan Peran Koperasi Menuju Indonesia Emas” di KAHMI Center, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu 6 September 2023 lalu.
“KAHMI yang alumni-alumninya banyak yang bekerja di BUMN, pemerintahan maupun swasta seharusnya bisa melakukan lebih dari ini,” cetus Kambara.
Kambara menjelaskan, BMI mengelola wakaf dengan menjadi nadzir wakaf melalui uang yang terdaftar di Badan Wakaf Indonesia (BWI). Sebagai nadzir, Kopsyah BMI bahkan memperoleh penghargaan sebagai nadzir terbaik pada November 2019 yang dinilai oleh Kemenkop dan UKM RI. Dan kini jumlahnya mencapai Rp31 miliar. BMI kini memiliki 20 hektar lahan wakaf di Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Di atas lahan, BMI akan membangun rumah sakit, sekolah hingga perguruan tinggi dan masjid.
”Bapak ibu semua, wakaf BMI berangkat Rp2.000 yang dikumpulkan setiap minggunya dari anggota, sampai jumlahnya Rp1 juta. Sama dengan KAHMI, dengan jumlah alumni HMI yang mencapai 11 juta, satu orang saja memberikan Rp 1 juta, maka ada Rp11 triliun wakaf melalui uang dari KAHMI. Masa KAHMI nggak bisa? Kalau sudah begitu, berapa banyak sekolah, masjid, rumah sakit sampai jalan tol yang bisa dibangun oleh wakaf KAHMI?” ajak Kambara yang disepakati oleh semua peserta simposium.
Begitu pun dengan pencapaian program zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) yang telah dilakukan oleh Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI). Dengan perkembangan penerimaan zakat per tahun selama 2017 s.d. 2023. Zakat yang diterima pada tahun 2017 masih Rp 759.714.072,- namun mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 2.058.142.863,- pada tahun 2023. BMI telah menyalurkan dana kebajikan dan ZIS (Zakat Infak Shodaqoh) sebesar lebih dari Rp 41 miliar, antara lain untuk sanitasi makam di Kota Bogor dan santunan pendidikan kepada 128 anak.
Kambara menjelaskan, Kopsyah BMI tidak hanya berkutat dengan pola simpan pinjam dan pembiayaan saja, berbagai pola pemberdayaan dan kegiatan sosial kerap dilakukan oleh Kopsyah BMI secara konsisten dan berkesinambungan.
“Kita telah membangun Hibah Rumah Siap Huni (HRSH) sampai 426 unit. Satu rumah nilainya dari Rp31 juta sampai Rp60 juta baik kepada anggota maupun non anggota. Kita punya Gerakan Seribu sajadah dan Al Quran, sanitasi dhuafa, Sanitasi Masjid, Mushola dan Pesantren (Sanimesra), sanitasi makam. Ini semua berawal dari infak Rp1.000,” terang Kambara.
“Belum lagi di Kopsyah BMI yang mempunyai 10 ambulans, sopir, bensin dan tolnya gratis. BMI juga punya beasiswa pendidikan sampai perguruan tinggi, beasiswa paket C dan masih banyak lagi. Karena koperasi adalah memberikan manfaat bagi anggota, baru kemudian kita bicara keuntungan,” tambah dia.
BMI kini memiliki 20 hektar lahan wakaf di Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Di atas lahan, BMI akan membangun rumah sakit, sekolah hingga perguruan tinggi dan masjid.
Diakhir acara, salah satu peserta simposium mengatakan, bahwa di KAHMI ada beberapa alumni yang mengelola koperasi. Namun beberapa kendala dihadapi. Seperti pengurusan, klaim sebagai koperasi murni dari KAHMI sampai urusan SDM.
Sementara itu, Alumni HMI Prof Euis Amalia menyarankan, agar para alumni membuat satu koperasi yang dinaungi langsung Majelis Nasional KAHMI. Guru Besar Ekonomi Islam UIN Jakarta menyarankan Kambara menjadi mentornya.
“Sekarang kan banyak yang mengaku ini koperasi alumni HMI yang satunya lagi mengaku koperasi dari KAHMI juga. Daripada gontok-gontokkan lebih baik dimerger jadi satu saja. Koperasi ini dibawah Majelis Nasional KAHMI. Dan koperasinya harus syariah. Dan Bang Kambara yang jadi mentor sekaligus konsultannya, gimana Bang Kambara, siap kan? Alhamdulillah siap” ujar Prof Euis.
Untuk membangun menjadi koperasi syariah, Prof Euis juga mengajak para peserta simposium untuk belajar SOP, peraturan-peraturan, sistem dan IT nya langsung dari BMI. “Untuk akta saya dan Bang Subhan serta kanda yunda yang lain bisa mengurusnya,” tambah dia.
Langkah kongkritnya, sambung Euis, untu KAHMI segera membentuk tim kecil untuk pembentukan koperasi KAHMI dengan pendampingan dari Koperasi BMI. (alb)