Blusukan ke sejumlah sentra UKM dan unit-unit usaha koperasi, itulah yang dimulai Agus Santoso ketika Menteri Koperasi UKM Teten Masduki memintanya ikut membenahi usaha mikro kecil menengah dan perkoperasian. Ia ditunjuk sebagai staf khusus bidang Hukum, Pengawasan Koperasi dan Pembiayaan, yang memang cocok dengan pekerjaan lamanya sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sejak 2011-2016. Jika urusannnya dengan pengawasan keuangan tentu tidak sulit bagi Agus yang sudah berkarya lebih dari 30 tahun di Bank Indonesia. Jabatan puncaknya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia New York, Amerika Serikat.
Kembali pada perihal blusukan itu, alumni Fakultas Hukum Unpad 1983 ini mengaku menikmati perjalanannya. “Saya diminta pak Menteri untuk menggali potensi KUKM berbasis produksi terutama yang dikerjakan oleh generasi milenial. Dan mereka ternyata cukup eksis dan produktif,” ujarnya seraya menyebut beberapa KUKM berorientasi ekspor yang dikunjunginya seperti Koperasi Berkah Rempah, Banjarnegara, BTM Bimu Lampung, Kelompok Tani Jeruk Milenial Garut dan UKM Briket Batok Kelapa di Tasikmalaya.
Agus memaklumi kalau KUKM yang dikunjunginya sering luput dari pemberitaan media massa. Maklumlah selain usaha mereka baru menjelang tumbuh, pelaku usaha di kelas ini umumnya masih harus berjuang mendapatkan modal kerja yang aman, sehingga belum terlintas untuk berpromosi.
Agus yang sejak Maret lalu juga dipercaya menjabat Dewan Pengawas LPDB-KUMKM menilai cukup banyak usaha-usaha produktif yang tumbuh di daerah dan dikerjakan oleh kaum milenial. Masalahnya, namun belum mencapai skala ekonomi layak karena kendala permodalan. Kepada sektor KUKM potensial tersebut, Agus menyarankan agar membentuk koperasi agar posisi tawar menjadi lebih kuat dan bakal lebih mudah menggandeng off-taker maupun akses pinjaman dana bergulir LPDB-KUMKM. (Irm)