hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Bitcoin Melesat Tajam, Tapi Waspadai Efek Domino Bagi Investor

Bitcoin Melesat Tajam, Tapi Waspadai Efek Domino Bagi Investor

PeluangNews, Jakarta – Harga Bitcoin kembali bikin heboh. Pada Jumat (11/7), mata uang kripto paling populer ini menembus 118.000 dolar AS atau sekitar Rp1,9 miliar per koin (kurs Rp16.200). Lonjakan ini bukan cuma spektakuler, tapi juga memicu efek domino yang membuat ratusan ribu trader mengalami kerugian besar.

Dalam 24 jam terakhir saja, terjadi likuidasi (penutupan paksa posisi trading) lebih dari Rp18 triliun di pasar derivatif kripto. Yang paling besar tentu di Bitcoin, disusul oleh Ethereum. Ini adalah likuidasi terbesar sepanjang 2025.

Menurut Fahmi Almuttaqin, analis dari platform kripto Reku, sebanyak 237 ribu trader terpaksa “angkat tangan” karena posisi mereka dihantam kenaikan harga yang tak terduga.

Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Kondisi ini disebut short squeeze. Artinya, banyak orang sebelumnya memprediksi harga Bitcoin akan turun (membuka posisi “short”), tapi justru yang terjadi sebaliknya: harga malah melonjak tajam. Akibatnya, mereka yang salah prediksi terpaksa menutup posisi dengan kerugian besar.

Fenomena ini memicu pembelian darurat (panic buy) dan membuat harga naik makin cepat, seperti bola salju.

“Ini momen yang sering membuat trader tergelincir. Kalau tidak siap, bisa rugi besar dalam hitungan menit,” ujar Fahmi.

Jangan Terlena, Lonjakan Bisa Diikuti Koreksi

Meski tampak menggiurkan, masyarakat diminta tidak gegabah ikut-ikutan beli Bitcoin hanya karena sedang naik daun. Sebab, lonjakan tajam seperti ini sering kali diikuti koreksi atau penurunan mendadak saat euforia mereda.

“Volatilitas atau naik-turun harga kripto sangat ekstrem. Jangan sampai tergoda tanpa paham risiko,” tegas Fahmi.

Apa yang Bikin Harga Bitcoin Naik?

Kenaikan Bitcoin kali ini dipengaruhi beberapa hal:

Bitcoin Melesat Tajam, Tapi Waspadai Efek Domino Bagi Investor
  • Banyaknya investor besar dan institusi yang membeli Bitcoin.

  • Sentimen pasar yang membaik, ditambah The Fed (bank sentral AS) belum juga menurunkan suku bunga.

  • Spekulasi soal kemungkinan disetujuinya ETF untuk altcoin, seperti Ethereum dan lainnya.

Selain itu, fomo (fear of missing out) atau takut ketinggalan momen juga jadi pemicu. Banyak orang yang buru-buru beli karena takut harga makin tinggi, padahal tidak tahu strategi dan risikonya.

Bagaimana dengan Masyarakat Umum?

Bagi masyarakat yang baru ingin mulai investasi kripto, jangan hanya ikut tren. Pelajari dulu instrumen yang akan dibeli. Gunakan dana dingin (uang yang tidak dipakai untuk kebutuhan sehari-hari), dan hindari menggunakan utang atau pinjaman untuk beli kripto.

Bila ingin mencoba fitur trading berisiko tinggi seperti futures atau leverage, pastikan paham betul cara kerjanya. Di Indonesia, fitur futures sudah legal sejak Februari 2025 dan bisa diakses lewat platform berizin seperti Reku.

Namun perlu diingat: leverage bisa memperbesar untung, tapi juga memperbesar rugi. Jika tidak hati-hati, bisa-bisa uang habis dalam hitungan jam.

Penutup: Waspada Lebih Penting daripada FOMO

Bitcoin memang sedang dalam masa keemasan, tapi bukan berarti tidak ada risiko. Banyak investor yang kehilangan segalanya karena terlalu tergoda mengejar cuan tanpa memahami cara kerja pasar.

Jadi, sebelum ikut-ikutan beli karena “kata teman cuan”, pastikan sudah paham kondisi pasar, risiko, dan strategi yang tepat. Seperti kata pepatah lama: jangan taruh semua telur dalam satu keranjang, apalagi kalau keranjangnya sangat bergoyang seperti pasar kripto. (Aji)

pasang iklan di sini