octa vaganza

Bisnis Wisata Terpuruk, Muthi’ah Juwari Bangkit dengan Tanaman Hias

GUNUNGKIDUL—Banyak sektor usaha yang berjatuhan dan tutup di tengah pandemi. Kalaupun masih bertahan omzetnya menurun drastis.  Tapi tidak demikian dengan sekor tanaman hias yang justru meningkat tajam di tengah pandemi Covid-19.

Salah satu jenis tanaman hias yang dijuluki sebagai “Sri Rejeki” adalah anglonema (ada menulis anglaonema). Tanaman ini punya dua fungsi ini selain menjadi pemercantik, juga juga efektif menghilangkan polutan rumah tangga, seperti formaldehida dan benzena yang ada di udara. Karena motif daunnya yang sangat cantik, maka harga aglaonema juga cenderung mahal.

Muthi’ah Juwari adalah salah seorang yang mendapat rezeki dari bisnis tanaman hias ini. Alumni Pendidikan Fisika Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa, Yogyakarta ini awalnya bekerja di bidang pariwisata sebagai fasilitator outbound dan staf biro perjalanan wisata.

“Mulanya Saya kemudian menjadikan tanaman hias hanya sambilan karena hobi, namun kemudian jadi fokus setelah bisnis wisata mati dan ternyata bisnis tanaman hias terutama anglonema punya prospek,” ujar perempuan kelahiran 1992 ini ketika dihubungi Peluang, Rabu (28/4/21).

Dia pun mendirikan “Teras Hijau Anglonema” sebagai brand usahanya di kawasan Sambirejo, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta.

“Efek pandemi memang membuat bisnis tanaman hias naik, saya sering kehabisan stok, akhirnya ambil dari petani lain,” ujar Muthi’ah.

Awalnya dia fokus pada anglonema, namun kemudian merambah ke tanaman hias lain seperti alocasia miana, singonium miana, philo menstera dan sebagainya. Harga tanamna hias beragam mulai dari Rp5 ribuan jenis sirih hingga anglonema yang harganya jutaan rupiah.  

Kalau sedang ramai Muthi’ah mampu menjual 100 hingga Rp200 pot per bulan. Saat ramai, omzet berkisar Rp25-27 juta per bulan. Untuk mendongkrak pemasaran selain menggunakan media daring dan market place, dia juga membuat event dan bazar.  Para pembeli selain dari Gunungkidul juga datang dari area Yogyakarta lainnya, Jawa Tengh hingga Jawa Timur.

“Hanya saja pada bulan puasa penjualan sepi, akrena konsumen fokus untuk berbelanja kebutuhan hari raya.  Tetapi bisnis ini nggak ada matinya. Kalau nggak laku sekarang, tahun depan bisa beranak, diperbanyak dan dijual lagi,” jelasnya. 

Ditanya soal bisnis ke depan Muthi’ah mengatakan mengalir saja, tetapi dia sudah megikuti banyak grup tanaman hias se-Indonesia.  Saat ini dia mengaku masih sedikit koleksinya karena masih dalam taraf pemula.  Ke depan dia akan memperbanyak koleksi (Van).

Exit mobile version