KAMI menorehkan satu langkah kecil, Senin, 3 Agustus lalu. Sebuah upaya penyiasatan interval dan tensi komunikasi agar terjalin lebih hangat dan terpantau dengan cara personal yang praktis. Di hari pertama pekan pertama bulan ‘keramat’ republik, di kantor kami, Jl. Mampang Prapatan XIV/75, Majalah PELUANG menghelat tumpengan kecil. Hari itu kami launching unit baru. Namanya “Peluang Entertainment”.
Dibanding divisi kami di dunia maya sebelumnya yang relatif statis, yakni “majalahpeluang.com”, podcast “Peluang Entertainment” memang lebih ‘hidup’. Konsep podcast adalah siaran non-streaming yang disampaikan melalui audio. Ada kemiripannya dengan radio. Bedanya, untuk menyimak berkas digital berupa audio ini, pemirsa harus mengunduhnya terlebih dahulu—karenanya bisa ditonton ulang. Istilah podcast berasal dari kata Pod, singkatan dari Playable on Demand.
Kami menggunakan selling point “Interview News” untuk konten tayang yang skopenya mencakup informasi, ekonomi, dan bisnis. Secara lebih khusus, kami berfokus pada ceruk yang menjadi domain Majalah bulanan PELUANG selama 10 tahun terakhir, yakni perkoperasian. Entitas bisnis berdimensi sosial yang cenderung terpinggirkan dalam sistem ekonomi nasional yang kurang ramah, meski belasan koperasi besar saat ini membukukan omzet triliunan rupiah.
Beberapa episode video dalam sebulan perjalanan perdananya bisa dilacak dan disimak di channel Youtube. Jumlah produksi yang relatif sedikit, memang, dibanding kiprah Youtuber sekelas Deddy Corbuzier. Untuk satu hal yang disiasati dengan ketat, kami mengupayakan efisiensi durasi agar message percakapan tidak melebar kian ke mari. Sesuai aksioma episode podcast yang menoleransi 10 hingga 90 menit. Kami membatasi diri tak lebih dari 20 menit.
Dalam ceruk wilayah koperasi itulah tayangan empat tayangan episode kami dapat anda tonton. Yakni “Sruput, Sejarah di Kopi Rindoe Benteng” bersama Kamaruddin Batubara, Tangerang; “Koperasi Tankers Bangun Bisnis di Luar Zona Nyaman” bersama Nursatyo Argo , Jakarta; “Kiat Sukses BMT Beringharjo Melawan Rentenir Pasar” bersama Mursida Rambe, DIY; “Koperasi Triliuner NTT” bersama Yakobus Jano, Kupang. Opening video-video tersebut ditandai dengan ‘kecap dapur’ “Kuas Limit” (Kuliah Asik Lima Menit) ala Irsyad Muchtar, Pemred Majalah PELUANG.
Respons (sementara) yang terekam dalam evaluasi 28 hari sejak program Interview News ini digulirkan, tercatat 4.072 penayangan. Jam tayang kami baru di kisaran angka 10.000 menit, 5% dari 4.000 jam yang ditentukan Youtube. Jumlah subscriber mendekati 50% yang dipersyaratkan pihak Youtube untuk berstatus mitra. Mayoritas viewer kami (69,4%) adalah mereka yang berusia 25-34 tahun, lalu kelompok usia 55-64 tahun (19,4%), dan kelompok usia 35-44 tahun (10,7%).
Yang namanya merintis itu memang tak pernah mudah. Diperlukan keterlibatan diri secara benar-benar total. Bahkan, istilah kata, dengan jam kerja di atas 100%. Dalam kalimat filosofis Bob Sadino, “untuk mencapai tujuan 10, 100 atau 1.000 kilometer, hal pertama yang perlu anda lakukan adalah melangkahkan kaki (kanan)”. Dalam spirit seperti itulah, alhamdulillah, tiga anak muda penjaja ide podcast ini unjuk kapasitas.
Mereka bertiga mewakili puak milenial yang berkontribusi di jalur komunikasi efisien di era milenial. Mereka terlibat penuh sejak penataan dan dekor ruangan plus segenap properti teknologi pendukung. Tim teknis ini terdiri dari fotorafer Gema Adzani Ramadhani (25), content creator Galih Anugerah Mahesa (23), dan editor video Dede Indra Nurkholik (21). Pelihara semangat dan selamat fight, anak muda.●(Red)