Pada tahun ini, setidaknya ada dua agenda besar yang akan disasar yakni perkuatan permodalan dan pengembangan layanan dompet digital KOCEQU.
BERKAT kegigihan dan keuletan para pengurus yang dikomandani oleh Mursida Rambe kini KSPPS BMT Beringharjo telah tumbuh menjadi salah satu koperasi besar dengan aset sebesar Rp182 miliar pada tahun lalu. Padahal awalnya, hanya bermodalkan Rp1 juta.
Anggotanya sebagian besar adalah pedagang pasar yang kini sebanyak 19.436 anggota. Jumlah anggota sebanyak itu dilayani 17 kantor cabang yang tersebar di Yogyakarta, Tangerang Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dengan semakin luasnya jangkauan pelayanan, maka kebutuhan pembiayaan pun ikut terkerek. Terlebih ketika musim-musim tertentu seperti menjelang Lebaran dimana umumnya anggota membutuhkan pembiayaan untuk modal usaha.
Bagi Mursida Rambe -biasa disapa Rambe- Ketua Pengurus BMT Beringharjo, pihaknya memiliki komitmen untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Jelang lebaran, diakuinya, merupakan peak season pembiayaan dimana anggota banyak membutuhkan modal. “Dari pola yang ada selama ini, biasanya jelang lebaran para anggota yang sebagian besar pedagang pasar membutuhkan modal usaha. Kami akan penuhi itu,” ungkap Mursida saat ditemui di sela acara RAT Tahun Buku 2019 BMT Beringharjo di Hotel Alana Yogyakarta, akhir Februari lalu.
Ada dua skema yang digunakan Rambe yaitu membidik premi rate dan pinjaman dari Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB) KUMKM. Premi rate adalah mengumpulkan dana dari anggota “kakap” agar mau menempatkan dananya di BMT dalam tempo hanya 3 bulan. Untuk itu, ia sudah menyiapkan “pemanis” bagi hasil yang menarik. Pastinya lebih tinggi dari bagi hasil di lembaga keuangan lain.
Selain itu, Rambe juga sedang mengajukan pinjaman sebesar Rp15 miliar ke LPDB-KUMKM. Ini dilakukan untuk mempertebal permodalan guna mendukung peningkatan pembiayaan. “Yang jelas kami berharap kedua skema itu bisa terealisasi dan nantinya akan disesuaikan dengan kapasitas BMT agar tidak terjadi over likuiditas,” ujar Rambe.
BMT Beringharjo juga mengembangkan aplikasi KOCEQU yang berfungsi sebagai dompet digital bagi anggota BMT Beringharjo. KOCEQU memiliki 6 fitur utama yaitu top up saldo, transfer saldo dan transfer terjadwal, Pembayaran QR Code, release saldo, payment point online bank (PPOB), dan informasi saldo rekening.
Dengan adanya KOCEQU maka anggota tidak perlu repot-repot untuk datang ke kantor BMT dalam membayar angsurannya. Selain itu, juga dapat berbelanja tanpa uang tunai di merchant-merchant yang telah bekerja sama. Anggota juga dapat mengisi pulsa telpon maupun membayar listrik dengan aplikasi ini. Secara ringkas, KOCEQU ini merupakan dompet digital seperti halnya DANA, GoPay, LinkAja namun hanya bisa diakses untuk anggota BMT Beringharjo.
Mimpi Rambe yang belum terwujud hingga kini adalah memiliki platform marketplace. Dengan mayoritas anggota merupakan pedagang, marketplace merupakan kebutuhan untuk sarana promosi dan pemasaran produk.
Ketenaran BMT Beringharjo ternyata sampai di telinga Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Dua hari setelah RAT Tahun Buku 2019, Menkop dan UKM mengunjungi kantor BMT Beringharjo di Yogyakarta untuk bersilaturahmi dan mengenal lebih dekat. “Kami merasa terhormat dan senang dikunjungi oleh Menkop UKM,” pungkas Rambe. (Kur)